... terjadi hanya beberapa saat setelah Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, menggelar upacara penegakan displin dan tata tertib bagi anggota TNI, di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, pada pukul 08.00 WIB...Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Sidik, meminta pemerintah fokus menjamin keamanan masyarakat, pascapengeboman oleh orang tidak dikenal di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis.
Pemboman itu terjadi hanya beberapa saat setelah Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, menggelar upacara penegakan displin dan tata tertib bagi anggota TNI, di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, pada pukul 08.00 WIB.
Lokasi di antara kedua tempat itu sekitar 1.000 meter saja.
"Kejadian ini menjadi berita buruk pada awal 2016 yang menjadi isyarat pemerintah harus fokuskan energinya dalam menjamin keamanan masyarakat," kata Siddiq, di Jakarta, Kamis.
Selain itu menurut dia, pemerintah harus melaksanakan program pembangunan dan mengantisipasi dampak dinamika politik dan keamanan di berbagai kawasan yang sudah bergejolak.
Dia mengatakan, pihak keamanan, baik polisi maupun intelijen harus bekerja cepat dalam mengungkap kasus ini.
"Juga pemerintah harus bertindak cepat dan sigap untuk mengantisipasi berlanjutnya aksi teror ini. TNI bisa dilibatkan untuk perkuat Kepolisian Indonesia," ujarnya.
Dia menjelaskan, perlu didalami apakah ini aksi pembalasan atas sejumlah penangkapan dari Kepolisian Indonesia terhadap beberapa orang yang diduga terlibat gerakan teroris, atau ada alasan lain.
Menurut dia, dilihat dari kejadian yang ada, nampak sekali aksi dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata yang terlatih karena sasaran aksi nampak lebih kepada aparat polisi, meski ada sasaran warga sipil lain.
"Saya ikut menyesalkan terjadinya kasus teror ledakan dan prihatin dengan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka kejadian ini sangat menyentakkan," ucapnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya, mengatakan peristiwa di Jalan MH Thamrin merupakan teror yang belum diketahui pelaku di belakangnya dan apa motifnya.
Kejadian itu menurut dia menunjukkan Indonesia belum aman dari ancaman terorisme, dan dirinya berharap peristiwa itu bukan rangkaian peristiwa yang meledak di Paris, Cologne, dan Istanbul beberapa waktu yang lalu.
"Mungkin kita sudah merasa aman sehingga kewaspadaan kita kendorkan. Dan ini dibaca BIN dan institusi-institusi terkait bahwa Jakarta aman," ujarnya.
"Kejadian ini menjadi berita buruk pada awal 2016 yang menjadi isyarat pemerintah harus fokuskan energinya dalam menjamin keamanan masyarakat," kata Siddiq, di Jakarta, Kamis.
Selain itu menurut dia, pemerintah harus melaksanakan program pembangunan dan mengantisipasi dampak dinamika politik dan keamanan di berbagai kawasan yang sudah bergejolak.
Dia mengatakan, pihak keamanan, baik polisi maupun intelijen harus bekerja cepat dalam mengungkap kasus ini.
"Juga pemerintah harus bertindak cepat dan sigap untuk mengantisipasi berlanjutnya aksi teror ini. TNI bisa dilibatkan untuk perkuat Kepolisian Indonesia," ujarnya.
Dia menjelaskan, perlu didalami apakah ini aksi pembalasan atas sejumlah penangkapan dari Kepolisian Indonesia terhadap beberapa orang yang diduga terlibat gerakan teroris, atau ada alasan lain.
Menurut dia, dilihat dari kejadian yang ada, nampak sekali aksi dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata yang terlatih karena sasaran aksi nampak lebih kepada aparat polisi, meski ada sasaran warga sipil lain.
"Saya ikut menyesalkan terjadinya kasus teror ledakan dan prihatin dengan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka kejadian ini sangat menyentakkan," ucapnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya, mengatakan peristiwa di Jalan MH Thamrin merupakan teror yang belum diketahui pelaku di belakangnya dan apa motifnya.
Kejadian itu menurut dia menunjukkan Indonesia belum aman dari ancaman terorisme, dan dirinya berharap peristiwa itu bukan rangkaian peristiwa yang meledak di Paris, Cologne, dan Istanbul beberapa waktu yang lalu.
"Mungkin kita sudah merasa aman sehingga kewaspadaan kita kendorkan. Dan ini dibaca BIN dan institusi-institusi terkait bahwa Jakarta aman," ujarnya.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016