Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar Bank Jakarta, Jumat pagi, turun enam poin menjadi Rp9.081/9.083 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.075/9.081, karena pelaku lokal masih memburu dolar AS. "Spekulasi beli dolar AS oleh pelaku dalam jumlah kecil membuat rupiah terus terpuruk hingga mendekati level Rp9.100 per dolar AS," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara (HS) Tbk, Yusuf, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan pembelian dolar AS oleh pelaku juga mengikuti gerak langkah pelaku asing yang masih membeli dolar di pasar regional, sehingga mata uang asing itu menguat hingga di atas level 121 yen. Bahkan di Amerika Serikat dolar AS mencapai 122,20 yen, euro pada 159,63, katanya. Penguatanya dolar AS itu, lanjutnya terjadi terutama setelah Bank Sentral Jepang (BOJ) menaikkan suku bunga overnight menjadi 0,5 persen dan kenaikan bunga itu juga dikhawatirkan akan mengurangi peminjam dana dalam bentuk yen. Namun pergerakan yen yang merosot itu kemungkinan tidak akan berlangsung lama, setelah bank sentral AS (The Fed) masih mengkhawatirkan inflasi yang cenderung menguat dan data harga konsumen yang cenderung meningkat pada bulan lalu, katanya. Yusuf mengatakan, apabila semua itu terjadi, maka rupiah akan kembali menguat, karena para pelaku asing akan melepas dolar AS dan membeli yen yang kemudian mengimbas ke pasar domestik terutama terhadap pergerakan rupiah. Karena itu, pelaku lokal sambil menunggu pasar positif terhadap rupiah, mereka berspekulasi membeli dolar, sehingga mata uang asing itu kembali naik, meski kenaikannya tidak besar, katanya. Jadi, menurut dia, koreksi harga terhadap rupiah saat ini, selain peran bank sentral (Bank Indonesia/BI) yang tidak menginginkan rupiah di bawah level Rp9.000 per dolar AS juga karena sentimen negatif dari pasar regional. BI sebenarnya hanya menstabilkan rupiah agar tidak bergejolak yang diharapkan berada dalam kisaran antara Rp9.050 hingga Rp9.100 per dolar AS. Kecenderung rupiah menguat ke arah sana sebenarnya cukup tinggi, tinggal menunggu waktu saja apakah pergerakan rupiah bisa mencapai ke tingkat yang diperkirakan sebelumnya, demikian Yusuf. (*)
Copyright © ANTARA 2007