Dia anak tergolong cerdas, menguasai bahasa Inggris dan menjadi salah satu mahasiswa penerima beasiswa bidik misi."

Mataram (ANTARA News) - Seorang mahasiswi semester tiga Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rani Pradini Putri, yang diinformasikan masuk Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), merupakan salah satu penerima beasiswa bidik misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Dia anak tergolong cerdas, menguasai bahasa Inggris dan menjadi salah satu mahasiswa penerima beasiswa bidik misi," kata Rektor Universitas Mataram (Unram) Prof H Sunarpi, di Mataram, Rabu.

Ia mengatakan, pihaknya menerima informasi tentang mahasiwa yang diterima melalui jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) atau jalur undangan itu masuk Gafatar sejak enam bulan lalu.

Dari informasi yang diperoleh dari orang tuanya, Rani Pradini Putri sudah menjadi anggota Gafatar sejak masih duduk di bangku SMA Negeri 5 Mataram.

"Informasi yang kami terima, sebenarnya Rani terindikasi ikut bergabung ketika masih bestatus sebagai siswa," ujar Sunarpi.

Sunarpi juga mengaku mendapat informasi bahwa putri dari pasangan Hanafi dan Mazraah, warga Desa Sandik, Kabupaten Lombok Barat, itu dibawa ke Pulau Sumbawa oleh tetangganya berinisial H.

"Informasi yang kami terima, Rani pernah terlihat membagi-bagikan buku di Kabupaten Bima," ucap Sunarpi didampingi Wakil Rektor III Bidang Kamahasiswaan Dr M Natsir.

Orang tua dari mahasiswa itu, kata dia, sudah melaporkan anaknya yang hilang karena masuk Gafatar ke Kepolisian Daerah NTB.

Pihaknya juga ikut melakukan upaya penelusuran keberadaan Rani Pradini Putri, baik melalui media sosial maupun nomor telepon seluler.

"Akun facebook-nya juga masih aktif, kami mendapat informasi dari media sosial itu kalau penampilan Rani sudah berubah, yakni menutup mulutnya dengan cadar hitam," kata Sunarpi.

Gafatar merupakan organisasi yang dilarang dan sudah dinyatakan sebagai aliran sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Khusus di NTB, organisasi ini diketahui sudah berkembang sejak tahun 2014.

Pewarta: Awaludin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016