Kalau diperhatikan sejak dahulu, BBM naik itu penjualan kendaraan bermotor agak tertahan."
Jakarta (ANTARA News) - Harga bahan bakar minyak (BBM) yang turun sejak 5 Januari 2016 tidak membuat target pertumbuhan industri 2016 bergeser dari 5,7 hingga 6,1 persen, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Syarif Hidayat.
"Kami masih pegang angka kemarin, karena sudah mempertimbangkan fluktuasi yang terjadi pada 2016," ujarnya di Jakarta, Rabu.
Menurut Syarif, penurunan harga BBM di dalam negeri maupun harga minyak dunia termasuk dalam pertimbangan penentuan pertumbuhan industri 2016.
Namun, ia mengemukakan, jika terjadi lonjakan penurunan atau kenaikan harga yang signifikan, maka kemungkinan akan terjadi perubahan target.
Syarif mengatakan, penurunan harga BBM seyogyanya berdampak positif terhadap industri, salah satunya adalah akan terjadi efisiensi terhadap ongkos produksi barang yang menggunakan BBM.
Selain itu, ia mengemukakan, kondisi tersebut juga akan mendorong daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor.
"Kalau diperhatikan sejak dahulu, BBM naik itu penjualan kendaraan bermotor agak tertahan. Sebaliknya, kalau BBM turun, maka bisa mendorong pasar," ujar Syarif.
Pemerintah RI pada 5 Januari 2016 menetapkan harga BBM jenis solar turun dari Rp6.700 per liter menjadi Rp 5.650 per liter, sedangkan untuk premium non-Jawa-Madura-Bali (Jamali) turun dari Rp 7.300 per liter menjadi Rp 6.950 per liter.
Adapun harga premium di wilayah Jawa-Madura-Bali turun menjadi Rp7.400 per liter ke Rp7.050 per liter.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016