Banyumas (ANTARA News) - Satu rumah berlantai dua di Desa Sokaraja Tengah, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang diduga merupakan markas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sudah ditinggalkan oleh penghuninya.

"Sebelum tahun baru sudah tidak ada lagi aktivitas di tempat ini," kata Ketua RT 02 RW 07 Desa Sokaraja Tengah Sumadi saat mendampingi Kepala Kepolisian Sektor Sokaraja Ajun Komisaris Polisi Pujiono mendatangi rumah tersebut, Rabu.

Ia mengatakan rumah itu sebelumnya dihuni oleh keluarga Wahyudi yang berasal dari Laweyan, Solo, yang ketika mulai meninggali rumah mereka melapor ke Ketua Rukun Tetangga (RT).

"Orang yang pertama kali datang bernama Azis mengaku sebagai warga Desa Pekaja (Kecamatan Sokaraja)," katanya.

Ia menuturkan, sebelum ditinggal pergi penghuninya rumah itu sering didatangi banyak orang karena sering ada kegiatan.

Menurut dia kegiatan di rumah itu serupa kegiatan bejalar di sekolah, dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dan berakhir siang hari.

Dia mengaku saat itu belum tahu tentang Gafatar dan baru mengetahuinya setelah ramai diberitakan.

Seorang warga RT 02 RW 07 Desa Sokaraja Tengah, Budi Setyo, mengatakan setiap pagi hingga siang hari banyak anak-anak yang mengikuti kegiatan belajar di rumah itu.

Anak-anak yang belajar di rumah itu, menurut dia, berasal dari luar daerah seperti Cilacap, Banjar, dan Solo.

"Anak-anak sekitar sini justru tidak ada. Saat saya tanya tentang kurikulum yang digunakan, mereka mengaku mengadakan kegiatan belajar informal dari sumber yang ada di Internet," katanya.

Sementara seorang perawat di Klinik Pratama Yos Sudarso yang berhadapan dengan markas Gafatar, Murtini, mengatakan aktivitas di tempat itu tergolong ramai.

"Bahkan kalau sedang ada kegiatan banyak kendaraan yang parkir di jalan samping klinik. Kami tidak tahu secara pasti aktivitas di rumah itu karena biasanya pintunya ditutup atau hanya satu bagian yang dibuka," katanya.

Kepala Kepolisian Sektor Sokaraja AKP Pujiono mengatakan polisi mendapat laporan dari warga bahwa ada kegiatan Gafatar di wilayah Sokaraja.

Menurut dia, di bagian depan rumah tersebut pernah dipasangi papan nama Sekretariat Gafatar namun sekarang telah dicabut.

"Rumah ini dalam keadaan terkunci dan anggota kami yang memeriksa dari jendela rumah di lantai dua tidak menemukan adanya aktivitas lagi. Hanya ada whiteboard, keyboard komputer, dan speaker," katanya.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016