"Mereka tertutup, tidak mau bergaul dengan masyarakat, sekarang saya makin takut kalau lewat di dekat barak mereka, apalagi sejak merebaknya kabar di televisi banyaknya penculikan dan orang hilang karena Gafatar," kata Yuni (38), salah seorang warga Desa Sedahan Jaya, saat dihubungi di Sukadana, Selasa.
Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, secara terpisah, menjelaskan, Gafatar tidak terdaftar sebagai organisasi massa. Dia memberi isyarat bahwa pengawasan atas kelompok itu harus dilakukan, di antaranya oleh BIN dan BAIS TNI.
Ia menjelaskan, di rumah perkumpulan Gafatar itu saat siang terlihat sepi, hanya menyisakan para wanita dan anak-anak, sementara kaum lelakinya bekerja di salah satu lahan yang mengolahnya menjadi lahan pertanian.
"Kalau sore di jembatan ramai para laki-laki kumpul, bergerombol, kadang kita lewat susah dan lama kelamaan justru merasa ngeri," ujarnya.
Sampai saat ini, kelompok itu belum pernah bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat, bahkan anak-anak mereka tidak diperkenankan bergaul dengan anak-anak di Sedahan Jaya.
Ia berharap kepada pemerintah dan penegak hukum untuk memberikan rasa aman kepada warga, karena selama ini, sebelum kehadiran mereka, masyarakat merasa nyaman dan tidak khawatir.
Apalagi saat ini di televisi banyak berita-berita negatif yang bermuara kepada kelompok tersebut, katanya.
Sebelumnya, Camat Sukadana, Syahrial, membenarkan kelompok yang diduga Gafatar di tiga desa di Sukadana, seperti Sedahan Jaya, Sejahtera dan Pampang Harapan, saat ini diantara mereka sudah banyak yang mengontrak rumah milik masyarakat serta di antaranya berdagang di beberapa lokasi di Sukadana.
"Untuk di Sukadana ada sekitar 278 jiwa dan jumlah ini mungkin bisa lebih banyak," kata Syahrial.
Kelompok Gafatar yang ada di Sedahan Jaya bermukim di sebidang tanah sawah yang tak lebih dari seperempat hektare dengan tiga buah barak yang dibangun berdekatan. Dalam satu barak tersebut memiliki masing-masing empat pintu dan antar-barak dihubungkan jalan terbuat dari semen selebar satu meter.
Bangunan barak tersebut berdinding semen dan beratapkan seng. Ketiga barak itu memiliki dua buah kamar kecil yang dibangun terpisah dan di salah satu sudut terdapat satu tangki penampungan air bersih.
Sementara untuk mandi cuci dan kakus, mereka menggunakan air sungai yang dipompa dengan sebuah mesin ke barak melalui selang. Untuk mencapai barak mereka, dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat, kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar satu kilometer melalui pematang sawah, kata Syahrial.
Ia menjelaskan, di rumah perkumpulan Gafatar itu saat siang terlihat sepi, hanya menyisakan para wanita dan anak-anak, sementara kaum lelakinya bekerja di salah satu lahan yang mengolahnya menjadi lahan pertanian.
"Kalau sore di jembatan ramai para laki-laki kumpul, bergerombol, kadang kita lewat susah dan lama kelamaan justru merasa ngeri," ujarnya.
Sampai saat ini, kelompok itu belum pernah bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat, bahkan anak-anak mereka tidak diperkenankan bergaul dengan anak-anak di Sedahan Jaya.
Ia berharap kepada pemerintah dan penegak hukum untuk memberikan rasa aman kepada warga, karena selama ini, sebelum kehadiran mereka, masyarakat merasa nyaman dan tidak khawatir.
Apalagi saat ini di televisi banyak berita-berita negatif yang bermuara kepada kelompok tersebut, katanya.
Sebelumnya, Camat Sukadana, Syahrial, membenarkan kelompok yang diduga Gafatar di tiga desa di Sukadana, seperti Sedahan Jaya, Sejahtera dan Pampang Harapan, saat ini diantara mereka sudah banyak yang mengontrak rumah milik masyarakat serta di antaranya berdagang di beberapa lokasi di Sukadana.
"Untuk di Sukadana ada sekitar 278 jiwa dan jumlah ini mungkin bisa lebih banyak," kata Syahrial.
Kelompok Gafatar yang ada di Sedahan Jaya bermukim di sebidang tanah sawah yang tak lebih dari seperempat hektare dengan tiga buah barak yang dibangun berdekatan. Dalam satu barak tersebut memiliki masing-masing empat pintu dan antar-barak dihubungkan jalan terbuat dari semen selebar satu meter.
Bangunan barak tersebut berdinding semen dan beratapkan seng. Ketiga barak itu memiliki dua buah kamar kecil yang dibangun terpisah dan di salah satu sudut terdapat satu tangki penampungan air bersih.
Sementara untuk mandi cuci dan kakus, mereka menggunakan air sungai yang dipompa dengan sebuah mesin ke barak melalui selang. Untuk mencapai barak mereka, dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat, kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar satu kilometer melalui pematang sawah, kata Syahrial.
Pewarta: Andilala
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016