Singapura (ANTARA News) - Minyak mentah AS jatuh di bawah 31 dolar AS per barel pada Selasa, memperpanjang aksi jual yang mendorongnya ke posisi terendah dalam 12 tahun lebih, di tengah kelebihan pasokan global, penguatan dolar dan lesunya permintaan.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun 87 sen atau 2,77 persen menjadi diperdagangkan pada 30,54 dolar AS per barel pada sekitar pukul 06.30 GMT.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent turun 98 sen, atau 3,11 persen, menjadi diperdagangkan pada 30,57 dolar AS per barel.
Terakhir kali harga sangat rendah untuk WTI terjadi pada Desember 2003 dan pada April 2004 untuk Brent. WTI menyentuh terendah 29,66 dolar AS pada Desember 2003 dan Brent pada April 2004 mencapai 29,95 dolar AS.
Harga minyak mentah anjlok 10 persen selama pekan lalu karena investor menjadi semakin khawatir tentang kelebihan pasokan global dan pelemahan di pasar utama Tiongkok, pengguna energi terbesar di dunia.
Potensi risiko geopolitik, termasuk meningkatnya konflik Arab Saudi-Iran, juga membuat para pedagang terus cemas.
Kenaikan greenback, yang membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pemegang mata uang lain, juga merupakan faktor kunci dalam penurunan harga pada Selasa, kata analis.
"Penurunan ini terutama berasal dari meningkatnya penguatan dolar ... yang memberikan kontribusi terhadap sebagian besar pergerakan," analis investasi Phillip Futures Daniel Ang mengatakan kepada AFP.
Tetapi Ang mengatakan dia tidak memperkirakan harga akan menembus batas dukungan psikologis 30 dolar AS.
"Kita mungkin melihat beberapa bearish dalam jangka pendek di mana harga bisa terus jatuh sedikit, tapi saya pikir mereka akan tetap sangat didukung di tingkat 30 dolar AS," katanya.
Pasar juga sedang menunggu pasokan minyak mentah dari Iran ketika sanksi-sanksi ekonomi Barat terhadap negara itu dicabut berdasarkan kesepakatan yang dicapai tahun lalu untuk mengekang program nuklir Teheran.
Ini bisa membawa satu juta barel minyak per hari ke pasar global yang sudah jenuh dalam beberapa bulan terakhir.
"Bila Anda memiliki kelebihan pasokan, itu akan terus menekan turun pada harga," Ric Spooner, seorang analis utama di CMC Markets di Sydney, mengatakan kepada Bloomberg News.
"Para investor sedang melihat ke arah beberapa bulan yang sulit untuk minyak, terutama dengan rencana Iran untuk meningkatkan ekspornya. Kami cenderung melihat penurunan produksi pada harga ini, tetapi mereka mungkin membutuhkan beberapa bulan untuk mengalami hal itu."
(Uu.A026)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016