Tangerang (ANTARA News) - Sejumlah pembeli obat bekas berkeliling mendatangi rumah penduduk untuk membeli obat yang masih tersisa dengan harga penawaran murah di sejumlah kompleks perumahan di wilayah Kota Tangerang, Banten. Pemantauan ANTARA News, Kamis, beberapa kompleks perumahan di Kota Tangerang merupakan sasaran pedagang farmasi tersebut seperti Perumnas I, II dan III Karawaci, Perumahaan Aster Cibodas, Perumahan Taman Cibodas, Cluster Panorama Priuk, Taman Kota II Periuk, dan Taman Adiloka Bandara. Pedagang itu mengincar obat bekas dalam bentuk tablet dan cair terutama obat batuk, pilek termasuk yang mengunakan resep dokter. Bahkan obat yang mendekati batas waktu pemakaian (kadaluwarsa) juga sangat diminati oleh pedagang tersebut dengan alasan untuk dioplos kembali dan sebagian lagi digunakan makanan tambahan bagi ternak dan unggas. Namun obat generik sangat diminati pedagang itu ketimbang obat yang mengunakan resep dokter karena harga pembelian lebih murah. "Hampir setiap hari ada saja pedagang keliling yang menanyakan persediaan obat yang disimpan di rumah dan sudah tidak terpakai untuk dibeli mereka," kata Suwarno (35) warga jalan Kakap Raya, Perumnas I Karawaci. Dia mengatakan, pedagang itu berani membeli cair mengunakan botol dengan harga sebesar Rp2.500 bila sisa masih banyak 75 persen. Para pedagang itu setiap hari mengitari rumah warga mengunakan kendaraan sepeda motor dan sepeda kayuh sembari mendatangi dari pintu ke pintu. Warga perumahan Cluster Panoramana Priuk, Dedi Arman (34) mengatakan, pedagang keliling itu hanya mengincar obat yang masih sisa di rumah agar tidak dibuang begitu saja. "Obat sisa itu seharusnya dimusnahkan dan bila dijual akan mengandung resiko terhadap kesehatan orang lain yang mengkonsumsinya," katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Tangerang, dr Nuriman Machyudin menghimbau agar warga tidak memperjual obat sisa kepada pihak lain karena khawatir mengandung resiko medis. "Obat yang sudah tidak terpakai seharusnya dimusnahkan saja dan jangan disimpan di dalam rumah apalagi untuk dijual lagi," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007