Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan perubahan dunia yang ditandai dengan globalisasi membuat persaingan dalam kehidupan semakin tinggi, sehingga perlu bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas diri sehingga dapat bersaing.

"Dengan globalisasi ini, kompetisi hidup makin besar. Allah tidak lagi menciptakan lahan, hutan dan lautan. Tempat manusia hidup ini cenderung tetap bahkan menyusut dan di beberapa tempat mengalami kerusakan, tapi manusia terus bertambah," kata Lukman di Jakarta, Minggu.

Dengan kecenderungan bertambahnya manusia seiring perkembangan zaman, kata dia, maka hukum alam soal persaingan hidup makin keras.

"Hutan dan lahan mengecil, ekosistem lautan berubah mengalami penurunan kualitas, sementara manusia terus bertambah. Persaingan sudah terjadi di tingkat antarbangsa," katanya.

Persaingan yang ketat membuat masyarakat cenderung eksplosif atau mudah tersulut emosinya.

"Pada 10-20 tahun lalu jarang kita lihat kasus anak membunuh ibu, ibu bunuh suaminya. Tentu ini tidak lepas dari perkembangan zaman," kata Menteri Agama.

Lebih lanjut, sifat eksplosif masyarakat ini dapat semakin memicu kerentanan sosial di tengah kemajemukan. Dengan begitu, terkadang isu-isu agama dapat memicu perselisihan dan pertikaian.

"Dulu juga kita jarang dengar tentang konflik antaragama seperti masa kini. Di internal agama juga sekarang sering sekali ada yang mengatasnamakan Islam, mudah mengkafirkan lainnya karena perbedaan yang tidak prinsipil atau sekadar pada perbedaan tentang cabang-cabang agama. Lebih parah, sampai ada pertumpahan darah hanya karena perbedaan," katanya.

Atas hal itu, Menteri Agama mengajak masyarakat untuk terus menjaga diri agar tidak eksplosif terhadap isu-isu yang dapat memecah belah masyarakat hanya karena perbedaan pandangan. Sebaiknya saat saling adu argumen supaya menjaga kepala tetap dingin atau tidak mudah tersulut.

"Substansi agama itu harus dapat menyejahterakan sesama, jadikan manusia sebagai lazimnya manusia. Juga junjung tinggi harkat martabat manusia," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016