"Ada dua obyek wisata yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan sarana dan fasilitas pendukungnya," kata Kepala Balai Besar TNLL, Sudayatna di Danau Tambing, sekitar 90 kilometer Kota Palu, Sabtu.
Ia mengatakan kedua obyek wisata itu adalah penangkaran burung maleo (Macrocephalon maleo) di Desa Saluki, Kabupaten Sigi dan ekowisata Danau Tambing di Kabupaten Poso.
Kedua obyek wisata tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini banyak dikunjungi wisatawan, termasuk mancanegara dari Amerika dan Eropa seperti Inggris, Belanda dan Perancis.
Khusus pengembangan ekowisata Danau Tambing sudah dilakukan mulai 2015 dengan membangun beberapa sarana dan fasilitas di lokasi obyek wisata tersebut.
Pada 2016 ini, kata Sudayatna, pihak TNLL kembali akan melengkapi sarana dan fasilitas lainnya, termasuk membangun tempat untuk pertemuan dan jalan lingkar mengililingi danau.
Menurut dia, Danau Tambing yang terletak pada ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut sangat diminati wisatawan karena berada dekat dengan jalan raya Palu-Napu.
Berbagai keunggulan dan keunikan obyek wisata tersebut antara lain taman anggrek, pengamatan burung, camping, mendaki gunung dan memancing ikan danau.
Khusus wisatawan mancanegara yang berkunjung ke obyek wisata itu kebanyakan adalah para penggemar dan peneliti burung.
Mereka biasanya tinggal berhari-hari hanya untuk mengamati dan meneliti berbagai jenis burung, termasuk yang hanya ada dan hidup berkembangbiak di sekitar Danau Tambing.
Ada banyak burung yang ada di danau itu tidak ada di negara atau daerah lain di Tanah Air.
Jumlah burung yang ada di sekitar Danau Tambing sekitar 200 jenis dan 60 persen di antaranya burung endemik. "Itu yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan," katanya.
Pewarta: Anas Masa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016