Demikian disampaikan Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat. "Sekarang, setiap kebijakan yang dikeluarkan harus dikani apa dampaknya secara luas bagi MEA sehingga tidak merugikan industri dalam negeri," kata Adhi.
Menurut Adhi, sejumlah tantangan masih akan dihadapi pelaku usaha makanan dan minuman, misalnya dari sisi bahan baku gula dan garam yang perlu solusi jangka panjang agar pelaku usaha mendapatkan kepastian.
Selain itu, biaya logistik di Indonesia saat ini masih dinilai mahal di antara Negara ASEAN lain, di mana biaya logistik di Indonesia sudah mencapai 27 persen, sementara di Singapura dan Malaysia mampu menekan di bawah 15 persen.
"Hal tersebut disebabkan oleh belum tersedianya infrastruktur yang merata terutama untuk area di luar Jawa," kata Adhi.
Pada kesempatan tersebut, Adhi juga menyampaikan dukungan terhadap upaya pemerintah untuk melakukan deregulasi di berbagai sektor.
Namun, Adhi berharap penerapan dari deregulasi tersebut bisa cepat dilaksanakan, terutama penyelarasan implementasi berbagai aturan di daerah.
Adhi optimistis, dengan sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku usaha, industri makanan dan minuman mampu memenangkan persaingan di MEA.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016