Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) mengaku akan mewaspadai aksi atlet dari Tiongkok dan Jepang dalam pertandingan kualifikasi Piala Thomas dan Uber 2016 di Hyderabad, India.
"Dua negara ini saingan terberat Indonesia. Poin mereka sudah tinggi tapi mereka tetap menurunkan timnya di kualifikasi," ujar Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Rexy Mainaky dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Dia memperkirakan, alasan Tiongkok dan Jepang akan menurunkan kekuatan penuh dalam pertandingan kualifikasi yang berlangsung pada 15-21 Februari tersebut adalah untuk menambah perolehan poin.
"Kenapa mereka mau turun di kualifikasi Thomas-Uber dengan full team, karena kalau di Thailand Open mereka cuma dapat poin 7.000, tapi di kualifikasi ini bisa 8.000 lebih, belum bonus lainnya," ujar Rexy memaparkan.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal PBSI Ahmad Budiarto juga berpendapat bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi sejumlah lawan terberat yang akan dihadapi dalam pertandingan kualifikasi tersebut.
Walau belum bisa memperkirakan secara pasti, namun Ahmad menilai lawan terberat yang akan dihadapi antara lain Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan sejumlah negara Asia lainnya.
"Pendaftaran terakhir untuk kualifikasi penyisihan Thomas-Uber kan masih 12 Januari, tapi kita sudah bisa perkirakan tim kuat yaitu Tiongkok, Jepang yang menjadi juara bertahan, kemudian pasti juga Korea Selatan. Lalu ada Malaysia yang juga saingan berat," ujar Ahmad.
Ahmad juga menyebutkan secara terperinci mengenai target di Piala Thomas dan Uber 2016, menurut dia PBSI telah menargetkan tim Thomas masuk ke semifinal. Sedangkan untuk tim Uber target tersebut dikhususkan bisa diraih oleh nomor ganda putri.
Untuk anggota tim kualifikasi Piala Thomas-Uber 2016 dijelaskan bahwa mereka akan menjalani program persiapan dan karantina mulai 11 Januari mendatang.
"Jadi untuk persiapan sudah tidak ada simulasi atau training camp yang berjalan khusus," tukas Ahmad menambahkan.
Pewarta: Roy Rosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016