Kediri (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan danau kawah Gunung Kelud sangat berbahaya bagi para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri, Jawa Timur. "Danau kawah Gunung Kelud mengandung racun berbahaya bagi manusia, antara lain CO2. Makanya kami merekomendasikan kepada pemerintah daerah setempat, untuk melarang wisatawan berenang di danau kawah Gunung Kelud," kata Kabid Evaluasi Potensi Bencana PVMBG, Syamsul Rizal, Dipl Seis, saat ditemui ANTARA di Kediri, Kamis. Lebih lanjut dia menjelaskan kandungan C02 di dalam danau kawah Gunung Kelud sangat tinggi dan mebahayakan saluran pernapasan. "Oleh sebab itu ,tidaklah heran jika dua tahun lalu, ada dua orang meninggal dunia saat berenang di dalam kawah Gunung Kelud," ujarnya. Sampai saat ini Gunung Kelud berstatus aktif normal atau sudah termasuk Level I tingkat kegiatan gunung api. Aktifitas Gunung Kelud secara visual dapat dilihat dari gelembung-gelembung di permukaan air danau kawah yang ditimbulkan oleh gas beracun CO2. Namun demikian, tambah dia, Gunung Kelud tetap saja boleh dikunjungi oleh wisatawan, tapi bukan untuk berenang. Oleh karenanya dia meminta Pemkab Kediri bersikap arif dalam mempromosikan obyek wisata yang dibuka awal tahun 2002 lalu setelah mengalami letusan terakhir pada 10 Februari 1990. Data PVMBG menyebutkan, dari 129 gunung berapi di Indonesia, hanya ada lima gunung berapi yang kawahnya berbentuk danau, yakni Gunung Kelud, Gunung Kawah Ijen (Jatim), Gunung Galunggung (Jabar), Gunung Awu (Sulut), dan Gunung Kelimutu (NTT). Syamsul Rizal mengemukakan, tidak mudah untuk melihat secara visual tanda-tanda meningkatnya aktifitas gunung yang memiliki kawah berbentuk danau seperti Gunung Kelud itu. Namun ada beberapa keuntungan, diantaranya danau kawah bisa menahan lontaran batu saat letusan sehingga efek dari letusan tidak sedahsyat kawah gunung api biasanya. "Batu dari dalam kawah danau yang terlontar tidak sejauh kawah gunung berapi biasa. Selain itu lahar yang dimuntahkan relatif tidak sepanas biasanya karena mengandung air," katanya memaparkan. Sampai 2007 ini PVMBG tidak menemukan adanya perubahan aktifitas Gunung Kelud secara signifikan. Itu berarti masa interval terpendek letusan Gunung Kelud yang seharusnya 15 tahun sudah terlewati. Dalam pengamatannya, Rabu (20/2), suhu air danau kawah 31 derajat celsius (normal 35,8 sampai 36,5 derajat celsius), tingkat keasaman air danau kawah (pH) 6 sampai 6,1 (normal 6,48 sampai 6,79), dan tembusan fumarola/solfatara dan bualan-bualan air di tepi danau kawah berintensitas kecil atau lemah. Ia membandingkan dengan hasil pemantauan pada bulan November 1989 menjelang letusan 10 Februari 1990 yang menewaskan 34 orang, bahwa kondisi suhu permukaan danau air kawah Gunung Kelud saat itu 38 sampai 40,5 derajat celsius, warna air danau kawah berubah dari hijau muda menjadi hijau keputihan dan jumlah 40 sampai 45 kali per hari lalu meningkat menjadi 50 kejadian per jam. Namun demikian, dia meminta warga masyarakat Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar untuk tetap waspada karena masa instirahat Gunung Kelud sudah mencapai 16 tahun, atau lebih satu tahun dari interval terpendek gunung berapi setelah letusan. (*)
Copyright © ANTARA 2007