Namun kini pelakunya banyak dilakukan oleh warga setempat dengan menjiplak cara-cara yang digunakan sindikat cinta Afrika.
Sindikat tersebut diduga juga menggunakan jasa "kurir rekening" untuk memudahkan uang korban dipindahkan tanpa identitas mereka diketahui polisi.
Mereka menggunakan laman sosial untuk berkenalan serta menjalin cinta terutama dengan golongan ibu tunggal dan perawan tua, demikian dilaporkan Harian Metro, Kamis.
Wakil Direktur Bagian Kejahatan Komersial Bukit Aman, Datuk Wira Hamzah Taib mengatakan, jumlah kasus penipuan ini terus meningkat dan polisi juga menemukan kegiatan penipuan yang didalangi lelaki warga setempat.
Kejahatan "jerat cinta" bukan lagi didalangi lelaki Afrika, tetapi juga dilakukan pria lokal yang meniru cara penipuan di dunia maya, kata Hamza Taib.
"Korban penipuan ini biasanya adalah wanita yang mudah terpengaruh atau terpedaya dengan janji cinta ditawarkan sindikat ini," katanya.
"Yang lebih mengejutkan, mayoritas korban yang ditipu tidak mengenal tersangka tetapi sanggup memberikan sejumlah uang yang banyak," lanjut dia.
Menurut dia, kejahatan tersebut semakin kompleks dan tersangka akan menggunakan berbagai cara dan saluran media sosial untuk memerangkap korban.
Kerugian akibat aksi penipuan tersebut sepanjang Januari hingga November 2015 tercatat mencapai 200 juta ringgit (Rp634 miliar), tiga kali lebih tinggi dibandingkan kerugian pada 2014 yang tercatat 52,3 juta ringgit (Rp165 miliar).
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016