Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kulon Progo Eko Pranyata di Kulon Progo, Kamis, mengatakan calo mengaku bisa menghubungkan pencari kerja dengan perusahaan tertentu, kemudian mereka diminta mengumpulkan sejumlah persyaratan seperti ijazah, kartu identitas hingga uang.
"Namun seiring waktu, tidak ada pemberangkatan. Jadi jangan mau kalau diminta membayar dengan iming-iming pekerjaan bergaji tinggi," katw Eko.
Ia mengatakan penipuan ini bermodus menawarkan pekerjaan di sebuah perusahaan dan meminta beberapa persyaratan termasuk sejumlah uang untuk pembiayaan. Calo tenaga kerja ini sempat menyasar sekolah-sekolah, namun pascasosialisasi yang dilakukan pihaknya, calo tenaga kerja kemudian bergerak ke rumah-rumah.
"Mereka menjanjikan pekerjaan di luar negeri dengan gaji tinggi," katanya.
Eko mengatakan angka pengangguran di Kulon Progo masih berkisar dua persen dari jumlah penduduknya. Mayoritas berijazah SMA atau SMK karena setiap tahun angka kelulusan di Kulon Progo mencapai 4.500 orang.
"Mereka menganggur karena masih pilih-pilih pekerjaan, ingin kerja di dekat rumah meski UMK di sini tidak terlalu tinggi," katanya.
Saat ini, kata dia, minat kerja masyarakat ke luar daerah seperti Riau, Batam dan Malaysia cukup tinggi. Peluang kerja yang ditawarkan yakni sektor formal seperti perusahaan kayu lapis dan pabrik karet.
Dari 1986 tenaga kerja yang diberangkatkan 2015, lebih dari 400 orang memilih ke Batam. Di sana, tenaga kerja mendapat gaji sekitar Rp3,5 juta hingga Rp5 juta ditambah ketersediaan tempat tinggal dan uang transportasi.
"Pemkab Kulon Progo sudah berkomitmen tidak mengirimkan tenaga kerja sektor informal lantaran risikonya sangat besar," kata Eko.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016