Banda Aceh (ANTARA News) - Sebanyak 7.799 KK (33.054 jiwa) warga Kabupaten Aceh Tamiang yang rumahnya hanyut diterjang banjir bandang akhir 2006, hingga kini dilaporkan masih bertahan di tenda dan gubuk-gubuk darurat. "Mereka bertahan di tenda dan gubuk darurat itu kerena tidak ada lagi rumah tempat tinggal, setelah rumah mereka hanyut atau hancur diterjang banjir bandang," kata Sekretaris Satlak PBP (Penanggulangan Bencana dan Pengungsi) Aceh Tamiang, Rianto Waris, Kamis. Selain ada pengungsi yang bertahan hidup di tenda dan gubuk darurat, juga ada sebagian yang menumpang tinggal sementara di rumah-rumah teman atau keluarga sambil menunggu selesainya rehabilitasi rumahnya yang mengalami rusak ringan. "Mereka yang rumahnya hanyut atau hancur kini bertahan ditenda darurat," katanya. Banjir bandang yang menerjang 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang pada 23 Desember 2006 mengakibatkan 2.295 hanyut/hancur, 12.518 rusak berat dan16.715 rusak ringan serta 28 orang penduduk meninggal dunia. Selain rumah penduduk, kata Rianto Waris, ratusan sarana pendidikan rusak serta 60 unit rumah ibadah juga tidak bisa digunakan lagi, sehingga sebagian besar warga kehilangan sumber kehidupan karena lahan pertanian mereka tertimbun lumpur. "Kami tidak tahu sampai berapa lama mereka bertahan tinggal ditenda dan gubuk darurat, namun selama ini bantuan kebutuhan pokok tetap disalurkan," katanya. Pada akhir tahun 2006, selain wilayah Aceh Tamiang juga beberapa kabupaten lainnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dilanda banjir bandang dan tanah longsor, seperti Aceh Utara, Bireuen, Bener Meriah dan Gayo Lues. Menurut data dari Satkorlak PBP Aceh, dalam bencana dipenghujung tahun 2006 itu tercatat sebanyak 48 orang tewas serta belasan ribu rumah warga mengalami rusak berat dan ringan, yang yang terparah Aceh Tamiang dan Gayo Lues. (*)
Copyright © ANTARA 2007