Jakarta (ANTARA News) - Mantan Deputi Perencanaan SKK Migas, Aussie Gautama mengatakan bahwa sudah berkali-kali berbagai pihak baik dari SKK ataupun konsultan independen telah melakukan kajian, dan hasil terbaik untuk Blok Masela adalah FLNG (Floating Liquid Natural Gas).
"Kurang tepat bilamana FLNG (Floating Liquid Natural Gas) ditengarai tidak memberikan manfaat, karena Indonesia memiliki semua teknologi untuk membuat seluruh perangkat kilang topsides-nya," katanya melalui dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan, FLNG (Floating Liquid Natural Gas) akan menjadi katalist kebangkitan industri maritim di Indonesia.
"Kita pernah buat Bontang, kilang onshore terbesar di dunia, dan saat ini ada kesempatan untuk offshore terbesar di dunia," ujarnya.
Gautama menegaskan, keputusan mengelola blok gas harus berpihak pada kepentingan masyarakat setempat dan nasional.
Menurutnya, setidaknya ada tiga aspek yang saat ini tercatat dalam diskusi di ranah publik, untuk dapat diprioritaskan oleh pemerintah dalam pengambilan keputusan PoD blok gas Masela, yakni bentuk "multiplier effect" bagi masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan kepentingan nasional.
Pertama, multiplier effect yang konkrit bagi masyarakat setempat dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja untuk kesejahteraan, yakni berapa banyak tenaga kerja kasar dan profesional lokal, baik di wilayah Maluku Selatan tempat proyek berlangsung, provinsi Maluku, hingga di level nasional yang dapat diserap dari adanya eksplorasi ladang gas ini.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku tahun 2015, sebanyak 40,86 persen dari seluruh angkatan kerja lokal bekerja di sektor perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perburuan. Keahlian terbaik dari masyarakat Maluku pada sektor perikanan, maka operasi dari proyek-proyek migas seperti blok gas Masela dapat diarahkan dengan cara yang sesuai dengan kapasitas tenaga lokal agar tenaga kerja kasar dan profesional lokal dapat langsung terserap, yakni yang berhubungan dengan laut dan perkapalan.
"Namun kembali fakta ini harus dapat disandingkan pula dengan level skill yang dibutuhkan. Operasional migas adalah proyek yang berbasis teknologi tinggi sehingga kemudian membutuhkan profesional yang memilliki tingkatan skill tertentu," katanya.
Kedua, multiplier effect bagi pemerintah daerah dapat dinilai dari peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), termasuk kemungkinan participating interest (PI) pemerintah provinsi Maluku melalui BUMD.
Ketiga, multiplier effect bagi kepentingan nasional adalah keselarasan pembangunan industri migas yang selaras dengan arah kebijakan nasional tentang kemaritiman. Menteri ESDM, Sudirman Said, sudah berkali-kali menegaskan bahwa penting untuk mengingat visi negara dalam menumbuhkan industri maritim, yang kemudian dilanjutkan oleh Presiden Jokowi melalui sambutannya pada rapat kabinet terbatas yang digelar Selasa, 29 Desember lalu.
Pewarta: -
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016