Indonesia harus dapat mencegah agar konflik ini tidak masuk ke Indonesia melalui isu perseteruan antara Sunni-Syiah yang direduksi menjadi isu Wahabi dan Syiah

Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Timur Tengah dan Islam dari Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan Indonesia hendaknya netral dalam melihat konflik Arab Saudi dengan Iran.

Menurut dia, Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar pasti menjadi perhatian kedua negara ini dalam menggalang dukungan.

"Tentu saja kedua negara ini akan berusaha untuk mendapatkan dukungan dari Indonesia. Oleh sebab itu Indonesia harus dapat mencegah agar konflik ini tidak masuk ke Indonesia melalui isu perseteruan antara Sunni-Syiah yang direduksi menjadi isu Wahabi dan Syiah," kata dia di Jakarta, Rabu.

Dia menduga penyebaran massif di Indonesia berkaitan dengan kebencian baik terhadap Wahabi maupun terhadap Syiah adalah prakondisi untuk menyulut konflik di Timur Tengah itu ke Indonesia.

"Pemerintah Indonesia tentunya perlu mewasdai isu-isu semacam ini yang mudah menyebar di kalangan umat Islam." kata Yon.

Bagi dia, konflik Saudi-Iran adalah konflik memperebutkan hegemoni di Timur Tengah karena kedua negara ingin menancapkan pengaruhnya di kawasan ini.

Namun di balik konflik dua negara itu sebenarnya ada kekuatan besar yang ikut bermain. Arab Saudi mendapat dukungan Amerika Serikat, sedangkan Iran didukung Rusia.

"Karena konflik ini melibatkan dua ideologi yang berbeda yaitu Sunni dan Syiah maka kemungkinan besar kedua belah pihak akan berusaha menggalang dukungan dari dunia Islam," kata dia

Menurut pengamatannya konflik ini berpotensi membesar dan melibatkan negara-negara lain di Timur Tengah karena baik Saudi dan Iran telah mengajak negara-negara sekutunya untuk bergabung.

Sudan, Mesir dan Uni Emirat Arab menjadi kekuatan utama pendukung Saudi, sementara Irak dan Suriaah di belakang Iran.

Konflik ini juga akan mengalami eskalasi mengingat posisi Iran yang semakin menguat di kawasan ditambah peran Rusia yang semakin agresif belakangan ini.

"Saudi yang sebelumnya selalu memenangkan proxy war dengan Iran mengalami pelemahan karena mulai melemahnya posisi Amerika di Timur Tengah.Tentu Arab Saudi akan menggunakan segala caranya untuk memenangkan konflik ini karena menyangkut keberlangsungan dan eksistensi kerajaan Saudi itu sendiri," kata dia.

Rusia juga tidak akan tanggung-tanggung mendukung Iran karena merupakan momen penting untuk kembali ke Timur Tengah setelah hancurnya Uni Soviet.

"Biar bagaimana pun kondisi Timur Tengah yang rapuh dari sisi legitimasi politik ini memberikan peluang besar bagi bisnis persenjataan negara-negara industri," tutup dia.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016