"Tiga desa yang mengalami krisis air ini yakni Desa Pangu, Desa Pangu Satu, dan Desa Pangu Tiga," kata Erick Manaroisong dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minahasa Tenggara di Ratahan, Rabu.
Menurut dia, salah satu sumber air bersih yang ada di desa tersebut terkena abu vulkanik letusan Soputan.
"Ini karena bak penampung air milik warga ini tak tertutup, abu langsung mencemari sumber air sehingga warna air berubah menjadi kecoklatan dan tak layak untuk dikonsumsi," terangnya.
Krisis ini pun diakui sejumlah warga di ketiga desa tersebut, dan sampai sore masih kesulitan memperoleh air bersih.
"Air dari keran desa sudah bercampur lumpur debu Soputan, tidak bisa lagi digunakan. Jangan kan untuk masak, untuk mencuci juga sudah tidak bisa," kata Rina Saweho warga Desa Pangu.
Dirinya menambahkan, sumber air alternatif yang berasal dari sumur-sumur yang ada di rumah, kondisinya tidak jauh berbeda dengan air yang berasal dari penampungan.
"Kami tidak sempat menutup sumur di saat semburan debu terjadi, soalnya kejadian datang tiba-tiba," ujar Rina.
Kepala Desa Pangu Jafry Kawulusan mengaku sejauh ini pasokan air bagi masyarakat di tiga desa tersebut bersumber mata air yang sama di pegunungan kawasan Hutan Rangkuli.
"Makanya saat ini kami sangat berharap bantuan air bersih dari siapa saja yang bisa membantu warga," kata Jefry.
Bupati Minahasa Tenggara James Sumendap yang meninjau lokasi sumber-sumber air milik warga, mengimbau agar warga belum mengonsumsi air yang telah tercemar.
"Saya menghimbau warga jangan dulu mengkonsumsi air sumur atau air dari keran, Ini berbahaya nanti kita akan pasok air bersih untuk memenuhi kebutuhan air hingga kualitas air sumur dan air keran warga sudah normal," ujar James.
Sementara itu dari informasi BPBD Minahasa Tenggara, bantuan tangki air bersih mulai didatangkan ke tiga desa tersebut dengan kapasitas setiap tangki 5.000 liter.
"Ada tiga tangki bantuan yang akan datang dari BPBD Provinsi Sulut, BPBD Tomohon, dan BPBD dari Minahasa Selatan," ujar Kepala BPBD Kabupaten Minahasa Tenggara Joppie Mokodaser.
Pewarta: Fidel Malumbot
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016