Jakarta (ANTARA News) - Pematung Indonesia Edhi Soenarso meninggal dunia pada usia 84 tahun di Yogyakarta. Kepergian pembuat Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia itu mendapat perhatian dari sejumlah netizen, utamanya para pesohor negeri.
Sutradara film Fajar Nugros dalam akun @fajarnugros mencuit "Berbelasungkawa sedalamnya atas wafatnya bapak Edhi Sunarso, karyanya akan terus menghiasi ibukota..."
Galeri Nasional Indonesia dalam akun @galerinasional pun turut mengungkapkan belasungkawanya atas kepergian Edhi: "Ikut berbela sungkawa atas wafatnya pematung Indonesia, EDHI SUNARSO, pd Senin (4/1/2016) malam. Selamat jalan Bpk. Edhi Sunarso... Semoga Bpk. Edhi Sunarso mendapat tempat terbaik di sisi-Nya #edhisunarsotutupusia. Indonesia kehilangan pematung monumental EDHI SUNARSO. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Selamat jalan... #edhisunarsotutupusia."
Sementara sastrawan sekaligus pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad memiliki kesan tersendiri atas Edhi, dalam akun Twitter @gm_gm, dia menyebut Edhi sebagai "pematung terbesar dlm senirupa Indonesia".
Dalam cuitan bertagar #edhi, Goenawan menyebut "Patung2 Edhi Sunarso memberi corak yg ekspresif kepada monumen2 kita, terutama di Jakarta".
"Karyanya, "Pembebasan Irian Barat" di Lapangan Banteng dan "Monumen Dirgantara" di Pancoran, lebih ekspresif ketimbang monumen2 biasa."
Karya lain Edhi Sunarso yakni Monumen "Prajurit Tani" di depan Hotel Aryaduta, menurut Goenawan "dibuat dgn resep "realisme sosialis" oleh pematung Rusia, necis tapi hambar."
Selain itu, "Patung2 Edhi Sunarso menampilkan "musculatura" tubuh yg tak mementingkan kecantikan dan kerapian, tapi menyatakan gerak dan gairah."
Goenawan mengatakan, monumen di ruang publik umumnya terkait dgn sejarah politik dan kekuasaan. Demikian juga dengan patung Edhi Sunarso, oleh sebab itu corak patung Edhi berbeda-beda.
"Patung "Dirgantara", dikerjakan ketika Bung Karno hampir lengser, dibeayai Bung Karno dari hasil jual mobil, memukau krn terasa bebas. Sementara monumen "Pancasila Sakti" tampak rapi dan komunikatif, tapi terasa tak punya ekspresi. Ini monumen dengan pesan Orde Baru. Edhi Sunarso tak hanya satu gaya, satu corak. Ini karena monumen umumnya ditentukan sang pemesan, bukan sang seniman. Syukur Edhi Sunarso tak hanya pembuat monumen. Ia juga pematung. Sebagai pematung, ia lebih bisa mencipta, dgn dorongan hati sendiri."
Karya-karya Edhi Sunarso yang menghiasi Jakarta antara lain Patung Dirgantara (Pancoran), Selamat Datang (Hotel Indonesia), dan Pembebasan Irian Barat (Lapangan Banteng).
Pembicaraan soal Edhi Sunarso juga sempat menjadi trend di Twitter hingga pagi ini.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016