Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Senin sore, melemah sebesar 95 poin menjadi 13.925 per dolar AS, setelah pada pekan lalu ditutup pada 13.830 per dolar AS.

"Pada awal tahun 2016 ini nampaknya Amerika Serikat akan kembali menjadi sorotan global, dimana dolar AS akan cenderung mengalami penguatan menyusul pelemahan harga komoditas dperkirakan masih berlanjut," kata Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta.

Faktor lainnya, ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih melambat, serta antisipasi kebijakan bank sentral Eropa (ECB) yang akan kembali melonggarkan program stimulus keuangannya.

Selain itu, lanjut dia, isu penting yang datang dari Amerika Serikat juga kembali mendapat sorotan pelaku pasar yakni rencana bank sentral AS (The Fed) yang akan kembali menaikan suku bunganya secara bertahap empat kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps), dan pada tahun 2016 ini Amerika Serikat juga akan menyelenggarakan pemilihan umum, dimana secara historis dolar AS akan cenderung mengalami kenaikan.

"Dua isu dari Amerika Serikat itu yang akan menopang mata uangnya. Pada masa pemilu, indeks dolar AS rata-rata meningkat sekitar 5 persen dalam tahun berjalan," paparnya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS mempertahankan penguatannya terhadap mayoritas mata uang utama dunia pada sesi perdagangan awal tahun 2016 menyusul adanya perbedaan kebijakan moneter bank sentral di negara maju.

"Indeks dolar AS menguat seiring langkah bank sentral AS akan kembali menaikan suku bunganya pada 2016 ini, sementara itu bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Jepang (BOJ) bertahan dengan skema kebijakan moneter yang longgar dan bahkan diperkirakan akan melonggarkan lebih lanjut," katanya.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 13.898 per dolar AS, melemah dibandingkan sebelumnya (31/12) 13.795 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016