"Raja-raja Nusantara akan kami undang untuk menghadiri jumeneng K.G.P.A.A. Paku Alam X," kata Ketua II Bidang Administrasi Panita Jumeneng Dalem PA X Kanjeng Raden Mas Tumenggung (K.R.M.T.) Tirtonegoro di kompleks Puro Pakualaman, Yogyakarta, Senin.
Sementara, menurut Tirtonegoro meski tidak seluruh raja, seluruh kerajaan di Jawa dan Bali, seperti Keraton Ngayogyakarta, Keraton Solo, Cirebon, dan Karangasem Bali akan diundang.
Raja-raja Nusantara yang ada di luar Jawa, lanjut dia, akan dipilih secara selektif mana yang memiliki hubungan dengan Puro Pakualaman. "Yang paling pasti raja-raja Jawa dan Bali diundang semua," kata dia.
Selain raja, menurut dia, dalam prosesi jumenengan atau penobatan Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (K.G.P.A.A.) Paku Alam X juga akan mengundang para pejabat negara, seperti Presiden RI Joko Widodo, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
Secara keseluruhan, kata dia, undangan yang disebar berjumlah 995 undangan khusus untuk menghadiri acara prosesi jumenengan, sedangkan pada acara kirab ageng yang akan digelar sore hari setelah jumenengan sebanyak 350 undangan.
"Itu cuma undangannya. Kalau orangnya satu undangan ada yang bisa dua orang sehingga kami siapkan 1.500 kursi untuk yang hadir," katanya.
Ia memperkirakan penyelenggaraan acara jumenengan tersebut akan menghabiskan dana senilai Rp400 juta.
Selain dari kas internal Kadipaten Puro Pakualaman, menurut dia, penyelenggaraan acara tersebut juga mendapatkan sumbangan dari berbagai pihak.
"Kalau dari pihak lain ada yang menyumbang tenda, sound system, yang total kalau diuangkan senilai Rp200 juta," katanya.
Meski demikian, menurut Tirtonegoro, secara umum penyelenggaraan acara tersebut terbilang sederhana.
Upacara jumenengan akan dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB dan ditargetkan rampung sebelum pukul 12.00 WIB.
"Jadi, tidak ada makan siang untuk tamu karena ini bukan pesta," katanya.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016