... tidak boleh meneriakkan nama Allah tetapi mengancam orang...
Makassar (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Limpo, berharap Kantor Wiayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan mampu menjadi filter untuk menangkal paham radikal dan arus kebudayaan asing yang diyakini semakin pesat pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Saat ini kita telah memasuki MEA, arus informasi melalui dunia digital juga semakin tak terbendung, kalau tidak ada agama yang memfilternya, ini bisa menjadi kerawanan baru bagi bangsa," kata Limpo, di Makassar, Minggu.
Kementerian Agama, kata gubernur, harus mampu memberikan pemahaman Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Khonghuchu, dan Budha yang benar.
"Islam misalnya sebagai rahmatan lil alamin, dan Kristen dengan ajaran cinta kasih," ujarnya.
Karena itu, kata dia, umat beragama tidak boleh diatasnamakan untuk melakukan pendzaliman. "Jadi, tidak boleh meneriakkan nama Allah tetapi mengancam orang," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Abdul Thahir, mengatakan, mereka bersinergi dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam pembangunan, khususnya keagamaan.
"Kalau agama jalan baik, maka semua akan baik. Kami akan membuat khutbah Jumat seragam yang akan dibacakan khatib, agar masyarakat bisa mengetahui pembangunan di Sulsel dan anak-anak juga terhindar dari kontaminasi paham radikal," katanya.
Pewarta: Nurhaya Panga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016