Menurut pendekatan psikologi sosial anak bisa jadi agresi karena pembelajaran, macam-macam,"

Jakarta (ANTARA News) - Anak yang melakukan tindak kekerasan atau sebagai pelaku tindak kriminal dikarenakan dari proses pembelajaran dari situasi dan kondisi lingkungan sekitar, kata psikolog Elizabeth Santoso.

"Menurut pendekatan psikologi sosial anak bisa jadi agresi karena pembelajaran, macam-macam," kata Elizabeth kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Elizabeth mengatakan anak cenderung meniru apa yang dilihatnya dan melakukannya kepada orang lain. Pembelajaran yang dimaksud, kata Elizabeth, bisa dari berbagai hal seperti tontonan televisi, video game, dan melihat secara langsung.

Wanita yang akrab disapa Lizi tersebut mengatakan pembelajaran secara langsung merupakan yang paling berpengaruh terhadap perilaku anak ketimbang tontonan tidak langsung.

"Dari televisi, dari gadget itu baru berefek kalau dilihat berkali-kali. Yang paling berefek itu pembelajaran dari melihat langsung," kata dia.

Menurutnya, anak melihat kekerasan secara langsung lebih berpeluang untuk menyalurkan agresi.

Pada tahap ini, kata Lizi, orang tua paling bertanggung jawab dalam pola asuh anak atau menciptakan kondisi lingkungan anak.

"Yang paling bertanggung jawab menciptakan kondisi lingkungan itu orang dewasa, bukan anak-anak," jelas dia.

Lizi memaparkan pada dasarnya tidak anak yang berprilaku agresi secara alami. Kemungkinan agresi anak terjadi karena genetik sangat sedikit sekali ditemukan di dunia.

Ia mengatakan anak bisa berprilaku agresi karena menjadi korban kekerasan dari orang tua, melihat peristiwa kekerasan yang terjadi pada orang tua, atau efek pergaulan bersama teman.

Kasus kekerasan terhadap anak dalam skala nasional sejak lima tahun terakhir mencapai 21.689.987 kasus yang tersebar di 33 provinsi dan 202 kabupaten kota.

Sebanyak 58 persen dari seluruh kasus pelanggaran hak anak tersebut merupakan kekerasan seksual.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015