Lhokseumawe (ANTARA News)- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso tanpa pengawalan pihak keamanan saat menjemput kelompok bersenjata Din Minimi di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Lembaga Aceh Human Foundation (AHF) Abdul Hadi Abidin alias Adi Maros, yang juga terlibat dalam proses turunnya Din Minimi, kepada wartawan usai konferensi pers di Hotel Lido Graha, Lhokseumawe, Selasa.

Dia mengatakan saat penjemputan itu kepala BIN Sutiyoso hanya didampingi beberapa orang serta satu staf perempuan.

"Saya salut dengan pak Sutiyoso, seorang yang sudah pernah berpangkat jenderal tapi masih mau masuk hutan tanpa ada pengawalan khusus lagi untuk bertemu dengan kelompok Din Minimi yang masih bersenjata," ucap Adi Maros.

Setelah penjemputan dilakukan, rombongan menuju rumah orang tua Din Minimi di Desa ladang Baroe, Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur.

Adi Maros juga menyebutkan, di rumah itu Kepala BIN sangat lama berbicara dengan Nurdin Ismail atau yang dikenal dengan Din Minimi.

"Dalam percakapan tersebut, suasananya berlangsung sangat kekeluargaan sekali. Bahkan beberapa kali Kepala BIN memeluk Din Minimi, sampai terlihat Kepala BIN menitikkan air mata," kata Adi.

Malam harinya, kawasan tersebut dijaga ketat oleh anggota Din Minimi yang masih bersenjata lengkap.

Setelah pagi, Din Minimi menyerahkan senjata kelompoknya satu persatu, setelah itu baru senjata yang dipegang oleh Din Minimi jenis AK 47 diserahkan kepada Kepala BIN Sutiyoso.

Dalam penjelasan Kepala BIN pada saat konferensi pers, jumlah senjata yang diserahkan oleh kelompok tersebut sebanyak 15 pucuk.

13 di antaranya jenis senjata serbu AK 47, 1 pucuk jenis SS 1 dan 1 pucuk FN, serta pelontar granat dan amunisi dari senjata-senjata tersebut.

Pewarta: Mukhlis
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015