Jika pajak hanya dijadikan sebagai target hitungan semata, sulit bagi pemerintah mengejar target tersebut di tengah kondisi perekonomian yang kurang ramah seperti serta ini,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengimbau pemerintah agar menetapkan penerimaan pajak sebagai hasil dari sebuah kebijakan bukan sekadar penentuan target yang berorientasi pada hasil.
"Jika pajak hanya dijadikan sebagai target hitungan semata, sulit bagi pemerintah mengejar target tersebut di tengah kondisi perekonomian yang kurang ramah seperti serta ini," kata Muhaimin dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Hal tersebut dikatakannya dalam catatan akhir tahun PKB terkait dengan refleksi kebijakan ekonomi pemerintah selama 2015 serta proyeksi dan saran bagi pemerintah dalam menghadapi ekonomi pada tahun 2016.
Ia menyatakan pemerintah perlu melihat bahwa penerimaan pajak akan tercapai apabila kebijakan yang dihasilkan dapat memberikan atmosfer yang baik sehingga dapat memunculkan efek "multiplier untuk perekomonian.
Dengan begitu, kata dia, secara alamiah potensi pajak akan tergali seraya pemerintah terus melakukan reformasi pada sistem administrasi dan "database" serta secara tegas menindak para penunggak pajak.
"Di sisi lain, pemerintah juga perlu mencari formula yang pas antara mengejar target pajak atau memberikan insentif pajak sehingga potensi pajak tidak terbuang sia-sia," ucap Muhaimin.
Selain itu, Muhaimin berpendapat bahwa pemerintah perlu segera merevisi target penerimaan perpajakan yang tidak realistis pada tahun 2016.
"Secara umum, PKB memproyeksikan pada tahun 2016 target penerimaan pajak tidak akan naik begitu besar pada kisaran 7--10 persen dari realisasi penerimaan pajak pada tahun 2015," ujarnya.
Apabila realisasi pajak pada tahun 2015 tercapai sebesar Rp1.035,3 triliun, menurut dia, penerimaan pajak pada tahun 2016 berada di kisaran Rp1.107,8 triliun sampai Rp1.138,8 triliun saja.
"Jauh dari target awal pajak pada APBN 2016 sebesar Rp1.368,5 triliun," ucap Muhaimin.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015