"Ini silaturahim dan berdoa bersama khusus memperingati tragedi AirAsia yang diadakan bersama-sama keluarga dan kerabat korban," ujar Presiden Direktur AirAsia Indonesia, Suni Widyatmoko, ketika ditemui usai acara yang digelar tertutup itu.
Pada kesempatan tersebut, hadir dari pihak AirAsia yang diwakili langsung salah satu pendirinya, Datuk Kamarudin, Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya TNI FH Bambang Sulistiyo, mantan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, beserta perwakilan dari Polda Jatim.
Sedangkan, CEO AirAsia, Tony Fernandes, juga menyampaikan sambutan melalui video telekonferensi dan menyampaikan duka cita dan permohonan maaf kepada keluarga korban, sekaligus komitmen menata kinerja perusahaannya agar tidak terulang.
"Tidak ada acara selain berdoa dan bersilaturahim dengan keluarga korban untuk mengenang orang-orang terkasih yang menjadi korban. Pihak perwakilan keluarga korban juga menyampaikan harapannya," ucap Widyatmoko.
Ketika disinggung terkait hasil Komite Nasional Keselamatan Transportasi, pria berkaca mata itu enggan menanggapinya dengan alasan menjadi urusan internal perusahaan.
KNKT telah membuka hasil investigasinya secara komprehensif, yang mengungkap penyebab kecelakaan AirAsia QZ8501 itu mulai dari aspek manajemen perawatan dan pemeliharaan hingga aspek operasinalisasi manusia pengawak. Tidak ada penyebab tunggal.
Sementara itu, salah seorang keluarga korban, Imam Sampurno, acara ini sebagai penguat jalinan silaturahim sekaligus mengenang insiden yang mengakibatkan 162 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin dan 156 penumpang termasuk seorang teknisi meninggal dunia itu.
"Niatnya harus diapresiasi sehingga kami dari keluarga korban bisa bersama-sama mendoakan yang terbaik buat almarhum dan almarhumah. Saya pribadi sudah ikhlas karena ini semua ujian dari Tuhan," katanya.
Kakek asal Probolinggo tersebut kehilangan empat anggota keluarganya, yakni anak dan menantunya Donna Indah Nurwatie dan Gusti Made Bobi Sidartha, kemudian dua cucunya Gusti Atu Putriyan Permatasari serta Gusti Ayu Made Keisha Putri.
Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang kecelakaan jatuh di Perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu pagi, 28 Desember 2014.
Berdasarkan hasil investigasi KNKT, pesawat Airbus A320 PK-AXC yang semula terbang di ketinggian 32.000 kaki di atas permukaan laut itu stall atau kehilangan daya angkat.
Pelaksana Tugas Kepala Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, dalam konferensi pers awal Desember lalu membenarkan pesawat mengalami kehilangan daya angkat hingga akhir rekaman Flight Data Recorder atau FDR.
"Pengendalian pesawat oleh awak pesawat secara manual selanjutnya menyebabkan pesawat masuk dalam kondisi yang disebut upset condition dan stall hingga akhir FDR, ini sudah di luar kemampuan pilot," katanya.
Sementara itu, salah seorang keluarga korban, Imam Sampurno, acara ini sebagai penguat jalinan silaturahim sekaligus mengenang insiden yang mengakibatkan 162 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin dan 156 penumpang termasuk seorang teknisi meninggal dunia itu.
"Niatnya harus diapresiasi sehingga kami dari keluarga korban bisa bersama-sama mendoakan yang terbaik buat almarhum dan almarhumah. Saya pribadi sudah ikhlas karena ini semua ujian dari Tuhan," katanya.
Kakek asal Probolinggo tersebut kehilangan empat anggota keluarganya, yakni anak dan menantunya Donna Indah Nurwatie dan Gusti Made Bobi Sidartha, kemudian dua cucunya Gusti Atu Putriyan Permatasari serta Gusti Ayu Made Keisha Putri.
Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang kecelakaan jatuh di Perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu pagi, 28 Desember 2014.
Berdasarkan hasil investigasi KNKT, pesawat Airbus A320 PK-AXC yang semula terbang di ketinggian 32.000 kaki di atas permukaan laut itu stall atau kehilangan daya angkat.
Pelaksana Tugas Kepala Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, dalam konferensi pers awal Desember lalu membenarkan pesawat mengalami kehilangan daya angkat hingga akhir rekaman Flight Data Recorder atau FDR.
"Pengendalian pesawat oleh awak pesawat secara manual selanjutnya menyebabkan pesawat masuk dalam kondisi yang disebut upset condition dan stall hingga akhir FDR, ini sudah di luar kemampuan pilot," katanya.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015