"Yang paling memprihatinkan adalah tren kematian polisi akibat bunuh diri dan ditembak rekannya sendiri. Kasus ini menunjukkan bahwa psikologi sebagian anggota Polri sangat labil dan tidak mampu menahan emosi," kata Ketua Presidium IPW Neta S. Pane, di Jakarta, Minggu.
Dia menyebutkan di Jakarta pada tahun ini ada dua polisi yang bunuh diri dengan cara menembak kepala.
ICW mencatat total ada 18 anggota polisi yang tewas pada 2015. Selain tujuh bunuh diri, empat meninggal tertembak, kecelakaan 3 orang, ditikam 1 orang, dan akibat lainnya 3 orang.
Selain itu, sepanjang 2015 ada 74 anggota polisi mengalami luka-luka.
Neta S. Pane menyebutkan para polisi tersebut merupakan korban pengeroyokan, ditembak begal, ditabrak, ditusuk, bentrokan sesama polisi, bentrok dengan TNI dan korban bunuh diri.
Neta mencatat, jumlah polisi yang tewas menurun jika dibanding tahun sebelumnya.
"Tahun 2014 jumlah polisi tewas mencapai 41 orang dan luka 42. Tahun 2013 ada 27 polisi tewas dan 72 luka. Tahun 2012 ada 29 polisi tewas dan 14 luka. Tahun 2011 ada 20 polisi tewas. Di tahun 2014, polisi tewas akibat ditembak pelaku kriminal atau ditembak sesama polisi menduduki ranking tertinggi sebagai penyebab kematian polisi.
Yang menonjol di 2015, kata dia, adalah anggota polisi dikeroyok massa maupun dikeroyok sesama polisi dan TNI.
Ia merinci jumlah polisi yang luka-luka dikeroyok mencapai 25 orang. Selain itu ada polisi luka-luka akibat bentrok dengan demonstran dan suporter sepak bola. Polisi yang ditembak begal ada 3 orang dan ditusuk begal ada 2 polisi.
"Ibu kota Jakarta masih merupakan daerah rawan bagi keselamatan anggota Polri," katanya.
"Aceh yang merupakan daerah rawan konflik justru di 2015 ini sangat aman. Tidak ada polisi yang tewas dan luka di Serambi Mekkah ini," kata Neta S. Pane.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015