Manado (ANTARA News) - Warga Kecamatan Geme dan Kecamatan Kalongan Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut), mengeluhkan tingginya harga premium yang di tingkat pengecer mencapai Rp15 ribu hingga Rp20 ribu seliter. "Kondisi harga sangat tinggi tersebut terjadi mulai akhir Desember 2006 hingga kini, menyebabkan masyarakat pengguna Bahan Bakar Minyak (BBM) itu sering mengeluh kepada pemerintah," kata Camat Geme, F Pandengkalu, di Kota Manado, Selasa. Tingginya harga premium ini terutama dipicu oleh putusnya jembatan utama akibat banjir dan tanah longsor 2006 lalu yang menyebabkan dua kecamatan itu terisolir. Masyarakat setempat harus menempuh perjalanan laut menuju Kecamatan Beo untuk mendapatkan premium bagi kendaraan bermotor mereka, itu pun mereka dapatkan dari pengecer karena stasiun pengisian bahan bakar Pertamina tidak ada. Hal serupa juga dikeluhkan Camat Kalongan, Jan L Unas yang menyatakan bahwa meski tidak semahal di Kecamatan Geme, harga eceren premium di daerahnya yang mencapai Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per liter juga sangat memberatkan masyarakat. "Masyarakat mendapatkan premium dari pengecer yang membeli dari agen penjualan resmi BBM di Kecamatan Lirung, karena harus ditempuh melalui angkutan laut, maka biaya jadi membengkak, maka harga jadi mahal,"kata Geme. Kedua camat itu minta pemerintah pusat dan pemerintah daerah memberikan perhatian terhadap persoalan mahalnya premium, misalkan menyiapkan stasiun pengisian bahan bakar umum rekanan Pertamina. "Premium terbanyak digunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor sebagai alat angkut penumpang umum (ojek), maka mahalnya bahan bakar tersebut membuat ongkos tranportasi ikut jadi mahal," kata Unas maupun Pandengkalu.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007