Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Republik Indonesia di Khartoum, Sudan, Burhanuddin Badruzzaman, kunjungan kerja ke negara bagian Kassala dan Gadarif yang ditempuh sekitar sembilan jam perjalanan darat dari ibu kota Sudan pada akhir Desember 2015.
Kunjungan tersebut terkait mewujudkan Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), khususnya dalam penguatan ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kerja sama kongkret di bidang ekonomi antara Indonesia dan Sudan, demikian pernyataan pers Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum, Jumat.
Secara khusus, Dubes RI ingin mendorong terealisasinya sejumlah penjajakan kerja sama antara pengusaha kedua negara, khususnya di bidang pertanian, peternakan dan perikanan, sekaligus memastikan terlindunginya investasi di kedua negara bagian di Sudan, yang setingkat provinsi di Indonesia.
Dalam pertemuan dengan Gubernur Kassala, Adam Jama, pada 21 Desember 2015, dan Gubernur Gadarif, Mirgani Sholeh, pada keesokan harinya, Dubes RI menyampaikan adanya kendala dari pengusaha manca negara, termasuk dari Indonesia dalam menjalin kerja sama dan investasi dengan Sudan.
Dubes Burhanuddin mengemukakan, hal itu lebih banyak lantaran citra negatif tentang keadaan di Sudan yang disampaikan media internasional yang tidak bersahabat dengan negeri di hulu Sungai Nil tersebut.
Baik Gubernur Kassala maupun Gubernur Gadarif menyambut antusiasme atas peran dan kontribusi KBRI Khartoum dalam mendorong terealisasinya kerja sama ekonomi, khususnya investasi antara pengusaha kedua Negara yang dilandasi oleh semangat persaudaraan.
Pemerintahan Kassala dan Gadarif juga menyampaikan komitmen kuat dalam mempermudah proses administrasi dan pengurusan pajak serta membantu dalam mengatasi setiap kendala yang dihadapi demi kelancaran investasi bagi pengusaha Indonesia di kedua negara bagian tersebut.
Mereka mengharapkan kerja sama pengusaha kedua negara dapat segera terealisasi.
Burhanuddin juga sangat mendukung sejumlah upaya pemerintah Sudan dalam membangun citra positif negeri itu ke masyarakat dunia dan meyakini bahwa keadaan politik dan keamanan di Sudan pada umumnya sangat kondusif.
Dalam rangka penguatan hubungan bilateral kedua negara, ia juga menegaskan akan komitmen KBRI Khartoum mendorong terwujudnya hubungan bisnis pengusaha di antara kedua negara.
Dalam kunjungan tersebut, Dubes RI beserta rombongan juga berkesempatan meninjau potensi daerah. Rombongan juga meninjau debit air pada danau alami serta menyaksikan proses konstruksi proyek pembangunan bendungan "Stimaper Akbara Dam" untuk pembangkit listrik dan irigasi.
Selama di Kassala, Dubes Burhanuddin juga berkesempatan memantau perkembangan aktivitas pasar dan melihat ketersebaran produk-produk Indonesia di Sudan.
Meski masih dalam jumlah kecil, sejumlah pengusaha dagang di Sudan menuturkan bahwa produk-produk Indonesia umumnya didatangkan dari Dubai, Uni Emirat Arab, bukan langsung dari Indonesia.
Dalam kunjungan tersebut, Dubes RI beserta rombongan juga berkesempatan meninjau potensi daerah, khususnya sejumlah lokasi lahan subur yang belum optimal dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Sudan maupun investor asing.
Sementara itu, Dubes Burhanuddin saat ke Gadarif berkesempatan meninjau hasil pertanian dan perkebunan serta manajemen penyimpanan dan pendistribusian pangan, menyaksikan aktivitas pabrik pengolahan wijen (sesaeme) yang cukup modern.
Wijen merupakan salah satu produk ekspor andalan Sudan, selain "gum Arabic" yang sangat terkenal kualitasnya.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015