Jakarta (ANTARA News) - Kalangan perbankan nasional memperkirakan suku bunga BI Rate pada pertengahan 2007 akan mencapai 8,5 persen, dari sebelumnya 9,25 persen untuk menekan bunga kredit bank agar terus bergerak turun. "Apabila BI Rate bisa berada di bawah level 8,5 persen, maka bunga kredit perbankan yang semula berkisar 14-15 persen akan turun di kisaran antara 12-13 persen," kata Direktur Retail Banking Bank Mega, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan BI rate masih berpeluang untuk kembali turun, meski ruang gerak untuk turun lebih lanjut agak sempit, apalagi inflasi pada bulan berikutnya dikhawatirkan cenderung meningkat menyusul naiknya harga bahan pokok. Dengan berlanjut turunnya BI Rate, diharapkan suku bunga kredit bank merosot antara 12-13 persen, sehingga mendorong debitur aktif mengajukan kredit baru, katanya. Debitur, lanjut Kostaman, sebenarnya sudah mengajukan kredit baru kepada bank, namun mereka belum mengambilnya atau hati-hati dalam melakukan usaha berkaitan dengan tingkat suku bunga kredit bank yang dinilai masih tinggi. Debitur mengharapkan bunga kredit bank turun lagi, sehingga mereka berani mengambil kredit dan bisa mengembalikannya sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, katanya. Perbankan sudah berupaya menyalurkan kredit, namun untuk lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi seharusnya diimbangi pemerintah dengan melakukan berbagai upaya untuk mendorong pasar domestik menjadi lebih kondusif. Pemerintah memang sudah melakukan usaha, namun sampai saat ini sektor riil masih berjalan di tempat karena infrastruktur, kepastian hukum, iklim investasi dan masalah perburuhan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, tuturnya. Perbankan siap memberikan dukungan kreditnya kepada masyarakat, namun melihat kondisi pasar yang belum mendukung, perbankan juga tidak semudah itu memberikan kredit kepada debitur, tambahnya. Ia mengemukakan pemerintah harus banyak membuat terobosan baru untuk memicu ekonomi tumbuh dengan cepat seperti iklim investasi yang lebih mudah dan tidak berbelit-belit yang mendorong investor asing mau melakukan investasi. "Apabila investor asing aktif menanam modalnya di pasar domestik pada gilirannya akan memicu daya beli masyarakat meningkat yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi berjalan pada arah yang benar," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007