Saya melihat tiga tahun ke depan akan terus ada `currency war`, karena kalau seandainya program peningkatan bunga di AS berjalan secara berkala, pasti berdampak pada mata uang negara lain yang satu sama lain akan menjaga posisi kompetitif mata uangnyPangkalpinang, 22/12 (Antara) - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Wan Fauzan Maas Nasution mengimbau para pengusaha agar tetap percaya dengan rupiah di tengah pelemahan nilai tukar dan isu perang mata uang.
"Kalau kita "tidak percaya" rupiah, siapa lagi yang akan percaya, apalagi beberapa perusahaan di Babel justru masih bertransaksi dalam dolar," katanya di Pangkalpinang, Selasa.
Menurut dia, dalam situasi terpuruknya nilai tukar rupiah semua pengusaha, masyarakat termasuk pemerintah harus berusaha untuk meningkatkan transaksi dalam bentuk rupiah.
"Jadi situasinya sekarang prihatin bagi Indonesia apalagi kalau kita belum tahu sejauh apa efek dari currency war ini ke sektor riil," katanya.
Wan Fauzan Maas Nasution menyebutkan, kondisi ini memicu omset perusahaan turun sehingga berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Praktis tenaga outsourcing tidak diperpanjang kontraknya, merumahkan sebagian karyawan, mengurangi jam kerja," jelasnya.
Dia mengaku, dari data Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Babel, ada 13 perusahaan gulung tikar akibat tidak sanggup lagi menanggung beban berat akibat perlambatan ekonomi dan terpuruknya rupiah.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mewaspadai potensi terjadinya perang mata uang atau "currency war" yang mungkin terjadi sebagai dampak dari rencana penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) secara berkala.
"Saya melihat tiga tahun ke depan akan terus ada currency war, karena kalau seandainya program peningkatan bunga di AS berjalan secara berkala, pasti berdampak pada mata uang negara lain yang satu sama lain akan menjaga posisi kompetitif mata uangnya," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Babel, Bayu Martanto.
Pewarta: Kasmono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015