Tokyo (ANTARA News) - Seorang gubernur wilayah Jepang, Selasa, mendukung penyalaan kembali dua pembangkit nuklir, saat pengadilan setempat bersiap memutuskan perintah menghentikan pengerjaan keduanya.
Pemerintah pusat dan perusahaan kuat mendorong pembangkit di penjuru negara itu dihidupkan kembali, hampir lima tahun setelah gempa bumi dan tsunami besar menyebabkan pelelehan inti nuklir berbahaya di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.
Kecelakaan itu memaksa keseluruhan jaringan pembangkit di Jepang dimatikan pada beberapa bulan berikutnya di tengah kecurigaan umum atas teknologi tersebut dan ketakutan akan paparan radiasi.
Pemerintahan pusat mengatakan bahwa negara dengan tingkat ekonomi terbesar ketiga di dunia itu membutuhkan tenaga nuklir untuk memenuhi permintaan energi negaranya, pembangkit listrik tenaga nuklir, teknologi yang pernah menyediakan aliran listrik kepada lebih dari seperempat wilayah Jepang.
Beberapa reaktor nuklir telah dinyalakan kembali.
Gubernur Prefektur Fukui, Issei Nishikawa, mendukung dinyalakannya kembali reaktor nomor tiga dan nomor empat di pembangkit listrik tenaga nuklir Takahama yang dioperasikan oleh Kansai Electric Power.
"Saya telah mengambil langkah yang dibutuhkan secara berhati-hati seperti konfirmasi langkah-langkah keamanan, dan akhirnya menyimpulkan bahwa saya menyetujui itu untuk dinyalakan kembali," katanya dalam sebuah konferensi pers.
Tanggapan itu diutarakannya dua hari sebelum Pengadilan Distrik Fukui memutuskan protes yang diutarakan oleh perusahaan utilitas terhadap sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh pengadilan pada April yang menghalangi dinyalakannya kembali reaktor tersebut.
Pengadilan pada saat itu mengatakan bahwa keamanan reaktor-reaktor tersebut belum terbukti, meskipun adanya lampu hijau dari Kewenangan Regulasi Nuklir. Pengadilan mengatakan pedoman pihak kewenangan tersebut terlalu longgar.
Dua reaktor di perfektur bagian selatan Kagoshima, yang dioperasikan oleh Kyushu Electric Power, dinyalakan kembali pada Agustus untuk mengakhiri hiatus selama dua tahun dalam pembangkit listrik tenaga nuklir.
Namun, masyarakat masih waspada. Gambaran tentang puluhan ribu orang yang dipaksa meninggalkan tempat tinggalnya dikarenakan insiden Fukushima masih menghantui dialog tenaga nuklir nasional.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015