Jakarta (ANTARA News) - Markas Besar (Mabes) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) kini tengah menjajaki kemungkinan menggunakan radar pasif (passive radar) dari Cheko untuk memperkuat pertahanan udara nasional.
"Kita telah melakukan penjajakan langsung, dan kini tengah dikaji oleh tim pengadaan. Jadi, kemungkinan akan kita gunakan tetap ada, meski belum dalam jangka pendek," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Senin.
Ditemui usai melakukan rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR, ia mengatakan pihaknya telah melihat langsung radar pasif ERA Cheko dalam kunjungannya ke negara itu pada 14-17 Januari silam.
Namun, tambah dia, pihaknya masih belum memutuskan untuk mengadakan radar itu dalam waktu dekat, mengingat radar baru yang didatangkan harus dapat diintegrasikan dengan sistem radar yang sudah ada dan dioperasikan oleh TNI AU.
"Kita tidak mematok untuk menggunakan satu jenis radar dari negara tertentu. Tetapi radar yang baru, harus dapat diintegrasikan dengan sistem radar yang selama ini dioperasikan. Apalagi, kita belum pernah menggunakan radar pasif," ungkap Herman.
Dicontohkannya, awalnya pihaknya kesulitan untuk mengintegrasikan antara sistem radar Thomson buatan Inggris dan Plesey dari Prancis, yang selama ini digunakan Indonesia.
"Karenanya, diharapkan ke depan dalam satu Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudnas), yang membawahi beberapa unit radar, jenis radarnya harus sama, untuk memudahkan operasionalisasi dan integrasinya dengan sistem yang telah ada," katanya.
Karena itu, biarlah tim mengkaji lebih dalam kemungkinan TNI AU menggunakan radar dari ERA Cheko sehingga dalam pengadaan dan pengoperasionalannya tidak mubazir atau sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan anggaran yang ada, ucap Kasau.
Selain Cheko, Mabes TNI AU juga telah melakukan penjajakan ke Prancis, Amerika Serikat dan Italia.
Dalam dengar pendapat dengan Komisi I DPR, Herman mengatakan, kekuatan radar pertahanan udara yang ada saat ini berjumlah 17 satuan radar (satrad). Dari 17 satuan radar yang ada, 15 diantaranya memiliki kesiapan yang optimal.
"Untuk wilayah Timur Indonesia, belum semuanya tercover radar. Karena itu, sesuai rencana strategis TNI AU hingga 2009 akan dibangun tiga unit radar masing-masing di Merauke, Timika dan Saumlaki," ujarnya.
Berdasar fungsinya, maka radar-radar yang diopersikan di Indonesai terbagi dua yakni radar yang berfungsi sebagai "peringatan dini" atau early warning dan "ground control interception". (*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007