Banda Aceh (ANTARA News) - Puluhan ribu batang bibit hutan bakau (manggrove) yang ditanam di sejumlah kawasan pesisir Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar mayoritas kembali mati, sekalipun dua kali dilakukan penggantian bibit."Sudah tiga kali dilakukan penggantian bibit, namun hanya sebagian kecil yang berhasil hidup dan tumbuh tidak begitu subur," kata Abdul Hamid, warga Desa Dayah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Senin.Menurut petani tambak tersebut, pada penamanan tahap pertama dan kedua, hanya ratusan bibit yang berhasil hidup, sedangkan puluhan ribu batang lainnya mati.Penanaman bibit manggrove pada tahap pertama dan kedua untuk penghijauan pantai pasca-bencana tsunami di beberapa lokasi tersebut mencapai 25.000 batang, sedangkan tahap ke tiga yang baru saja ditanam sekitar 12.000 batang, ujarnya. "Mudah-mudahan penanaman tahap ketiga bibit manggrove ini berhasil hidup, karena pola penananam berbeda dengan sebelumnya," kata Abdul Hamid bersama tiga petani lainnya yang tengah menenam bibit bakau kawasan tambak. Ia menilai, gagalnya penananam tersebut disebabkan hampir seluruh bibit manggrove terendam pasang dan daunya tenggelam, sehingga batang manggrove busuk, kemudian mati. Selama ini, kata petani korban tsunami tersebut, penyebab matinya bibit manggrove karena tenggelam oleh air (pasang) dan selain terjadinya kesalahan pada pola tanamnya. Misalnya, kata Abdul Hamid, sebagian bibit bakau ditanam di lahan yang kurang air dan ada juga ditanam di lahan yang tinggi genangan airnya. Para petani menyarankan, agar pihak yang terkait dengan pelestarian hutan bakau menyediakan bibit dalam bentuk buah yang sudah tua (matang), karena peluang hidupnya lebih besar ketimbang dalam bentuk bibit manggrove. "Kita bisa jamin, pastikan, jika buah manggrove yang diberikan, maka peluang hidupnya cukup besar," katanya. Bibit bakau yang mengalami kematian, ternyata bukan hanya di kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, tetapi kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Meuraxa, Kuta Alam dan Kecamatan Baitussalam (Aceh Besar).Diperkirakan, ratusan ribu batang bibit manggrove mati setelah beberapa kali dilakukan pergantian dengan bibit yang baru. Program penghijauan hutan pantai sebagai "benteng" abrasi dan gelombang laut di provinsi NAD belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Karena itu, program hutan pantai yang ditangani oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh-Nias (BRR) dan melibatkan beberapa kalangan NGO/LSM hendaknya dilakukan perawatan setelah penanaman. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007