Jakarta (ANTARA News) - Staf Ahli Sinergi Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Prijambodo menilai pemerintah dan Bank Indonesia perlu mewaspadai dua tekanan eksternal jangka pendek setelah The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.
Kemudian The Federal Reserver juga menyiratkan akan menaikkan kembali instrumen moneter tersebut secara bertahap.
Tekanan pertama adalah potensi terus menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang bisa memicu bertambahnya nilai utang pemerintah dan swasta, katanya di Jakarta, Senin.
"Sekarang (setelah kenaikan suku bunga The Fed) mungkin lebih stabil, tapi efek selanjutnya tetap harus diwaspadai" ujarnya.
Sebelum kenaikan The Fed dari 0--0,25 ke 0,25--0,5 persen, cadangan devisa Bank Indonesia sudah cukup banyak tergerus untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Oleh karenanya, kata Bambang, efek lanjutan setelah kenaikan bunga The Fed, harus diwaspadai dengan menerapkan sejumlah kebijakan untuk mendongkrak perolehan devisa. Misalnya, kebijakan pemberian insentif untuk ekspor dan memperbanyak kondisi bebas visa untuk sejumlah negara.
Posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2015 tercatat sebesar 100,2 miliar dolar AS, turun 500 juta dolar AS dibanding pada bulan sebelumnya Oktober yang sebesar 100,7 miliar dolar AS. Di bulan sebelumnya posisi cadangan devisa juga turun dari 101,7 miliar dolar AS.
Tekanan kedua, Bambang mengimbuhkan, adalah pengaruh terhadap pasar obligasi pemerintah yang dimiliki asing sebesar 37,4 persen. Saat kurs dolar AS terus menguat, dan rupiah juga melemah, dikhawatirkan, investor asing melepas kepemilikan obligasi berbasis rupiah, sehingga bisa memperbesar imbal hasil yang harus ditanggung pemerintah.
Namun, Bambang meyakini, dampak susulan dari kenaikan bunga The Fed bisa diantisipasi pemerintah dan Bank Indonesia. Terlebih kenaikan suku bunga Teh Fed sudah diantisipasi sejak lama, saat Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen mengumumkan akan melakukan normalisasi kebijakan moneternya.
Lebih lanjut Bambang juga menilai kenaikan bunga The Fed secara bertahap pada 2016 akan mengurangi potensi keluranya arus modal dari negara-negara dengan pasar yang baru bertumbuh (emerging market).
Bank Indonesia memperkirakan bunga The Fed akan naik bertahap mendekati 1,125 persen pada akhir 2016, dan ke 2,625 persen pada akhir 2017.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015