Jakarta (ANTARA News) - Kota Cirebon di Jawa Barat masuk peta rawan konflik perbedaan agama menjelang Natal yang berdekatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 24 dan 25 Desember 2015.

"Sebagai bagian dari Indonesia, wilayah III Cirebon merupakan cerminan dari keragaman yang menggambarkan Indonesia," kata Direktur The Islah Center Mujahidin Nur di Jakarta, Senin.

Kemajemukan di wilayah itu meliputi berbagai macam agama, keyakinan, paham, suku, bahasa, etnis, budaya, dan sebagainya sehingga Cirebon menjadi daerah yang terbilang rentan konflik.

Baca : Wapres: kemajemukan adalah kekuatan maha dahsyat Indonesia

"Toleransi yang selama ini tercipta hendaknya terus dipertahankan dan diupayakan untuk ditingkatkan. Benih-benih kebencian atas nama apapun, hendaknya kita antisipasi dan buang jauh-jauh dari pikiran dan prasangka kita," katanya.

Ia mengajak semua pihak untuk mengingat kembali sejarah Cirebon di mana seorang tokoh terkemuka bernama Sunan Gunungjati atau Syekh Syarif Hidayatullah sebagai pendiri Cirebon, menegaskan komitmennya terhadap keragaman agama dan keyakinan di Cirebon.

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015