Makassar (ANTARA News) - Merebaknya isu kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan Bupati Jeneponto, Radjamilo terhadap pembantunya, Jumriani, telah membuat situasi di daerah tersebut tegang. Salah seorang warga Jeneponto, Rusdi melaporkan, Senin, pada sekitar pukul 13.00 Wita, ribuan massa yang pro dan kontra terhadap bupati Rajamilo, terlibat dalam aksi saling lempar di sekitar rumah jabatan bupati, namun beruntung kontak fisik di antara kedua kubu dapat dihindari. Aparat kepolisian dari Polres Jeneponto dapat menghalau gerakan massa kontra untuk melakukan tindakan anarkis di rumah jabatan bupati. Karena tidak berhasil menembus Rujab Radjamilo, massa yang kontra bupati ini pun melempari rumah jabatan yang kemudian mendapat perlawanan dari ratusan massa yang pro terhadap Radjamilo. Akibatnya, kaca-kaca pada bagian beberapa ruangan rumah jabatan bupati pecah dan berserakan dimana-mana. Beberapa orang di antara kedua kubu mengalami luka-luka, namun belum diketahui secara pasti jumlahnya. "Ada yang mengalami luka bocor pada bagian kepala dan tangannya," jelas Rusdi, seraya menambahkan bahwa salah seorang pegawai pemerintah kabupaten Jeneponto dikabarkan mengalami luka pada bagian kepalanya. Aksi saling lempar batu dapat dikendalikan 30 menit kemudian setelah aparat kepolisian membubarkan secara paksa kedua belah pihak. Insiden ini sempat mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas yang melintas di sekitar rumah jabatan bupati, tepatnya di jembatan Belokallong. Kemacetan terjadi hingga dua kilometer karena jalur tersebut merupakan satu- satunya jalan raya yang menghubungkan kota Jeneponto dengan beberapa daerah di kabupaten tersebut. Sementara itu, sejumlah unsur Muspida Kabupaten Jeneponto, termasuk Kapolres Supriadi Jalal dan Wakil Bupati, Syamsuddin Zaenal selaku pengendali situasi di Jeneponto menggelar rapat mendadak pasca insiden itu. "Saya belum bisa memberikan keterangan resmi karena rapat sedang berlangsung," jelas Kabag Humas Pemkab Jeneponto, Nur Alam. Ia juga membenarkan adanya insiden bau lempar ribuan massa pro-kontra Bupati Jeneponto. Jumriani kepada sejumlah wartawan di Makassar beberapa waktu lalu mengaku telah melahirkan seorang bayi perempuan pada 9 Desember 2006 setelah `digagahi` orang nomor satu di Kabupaten Jeneponto itu pada akhir Februari 2006. Kejadian tersebut berawal ketika istri pelaku tak berada di rumah, kemudian Rajamilo mengaku sakit perut. Enam orang pembantu di rujab itu dipanggil satu persatu masuk ke dalam kamar untuk memijat, termasuk Jumriani. "Usai memijit, bapak menyuruh saya tidur di lantai, namun menjelang subuh saya terbangun ketika bapak sudah berada di atas tubuh saya. Saya teriak meminta tolong namun tidak ada yang mendengar sehingga terjadilah peristiwa menyedihkan itu," katanya seperti dikutip sebuah media lokal, Selasa (6/2). Ia kemudian hijrah ke Makassar untuk mencari persembunyian karena takut atas keselamatan diri dan anaknya itu. Sementara itu, sejumlah pengacara di Makassar menyatakan akan memberikan bantuan hukum kepada Jumriani untuk menempuh proses hukum yang dihadapinya, sedangkan pihak Rajamilo telah mengadukan Jumriani ke Polres Jeneponto dengan tuduhan pencemaran nama baik. (*)

Copyright © ANTARA 2007