Kampala (ANTARA News) - Setelah berbulan-bulan menanti untuk menyaksikan film "The Last King of Scotland" yang diunggulkan meraih Piala Oscar, rakyat Uganda menyambut baik apa yang mereka pandang sebagai penggambaran realistik mantan diktator haus darah Idi Amin. Namun bagi generasi tua yang hidup di bawah pemerintahannya pada dekade 1970-an, film itu juga membangkitkan kenangan pedih atas era yang sebaiknya mereka lupakan saja. Acara penayangan perdana (premiere) film itu di Kampala pada Sabtu jelang tengah malam, dimana bintang Hollywood Forest Whitaker yang memerankan Idi Amin dikepung kamera saat berjalan di atas hamparan karpet merah menuju tempat premiere, juga juga dihadiri Peresiden Yoweri Museveni. Whitaker, yang dijagokan akan meraih Piala Oscar atas penampilannya, membawakan sifat Amin yang kompleks, antara sikap hangat dan senang bergurau hingga perangai bagaikan monster sadis. Film ini, yang diambil gambarnya di Uganda, menuturkan kisah fiksional persahabatan antara penguasa kasar itu dan seorang dokter Skotlandia muda Nicholas Garrigan, yang terpikat dengan kekuasaan Amin yang kemudian tak bisa melepaskan diri darinya saat ia menyadari pertumpahan darah berlangsung di sekitar dirinya. Sekitar 300.000 orang disiksa, dibunuh atau "hilang" di masa kekuasaan Idi Amin. Baik bagi dunia luar Mereka yang selamat dari kekejaman Amin sulit dan tak kuasa untuk menyaksikan film tersebut. "Saya tidak menikmati adegan apapun dari film itu, itu pengalaman yang sedih," kata Frank Mwine, 65 tahun, seorang pengacara yang kakaknya menjadi salah satu korban paling awal kebuasan Amin. "Namun film itu baik bagi dunia luar untuk mengetahui apa yang telah terjadi". Ia menyatakan dirinya ingin menangis selama menonton film itu, namun tak bisa. "Suatu yang memalukan bagi seorang pria menangis di depan umum dalam budaya saya," katanya kepada AFP. Sekalipun fiksional, film itu menampilkan banyak kejadian sesungguhnya. Penonton tertawa atas sikap Amin yang seperti badut, kemudian terdiam saat tiran itu muncul, seperti ketika Garrigan melihat mayat istri kelima Amin, Kay, yang terpotong-potong. (*)
Copyright © ANTARA 2007