"Teknologi ini cukup efektif dan relatif sederhana, bisa dibuat di skala rumah tangga," kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Dodo Gunawan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis.
Sumur resapan sendiri dianggap alternatif yang tepat untuk beradaptasi di tengah perubahan iklim akibat pemanasan global.
Selain bisa menahan air, sumur juga dapat mengurangi risiko banjir karena menghambat aliran air hujan.
"Karena itulah ini penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat, terutama yang tinggal dekat dengan sumber mata air," ujar Dodo.
Adapun berdasarkan laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, beberapa syarat pembangunan sumur resapan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan yaitu harus berada di lahan yang datar, bukan lahan belerang, curam atau labil.
Selain itu harus jauh dari tempat penimbunan sampah dan dalamnya sumur maksimal dua meter.
Sementara, Penasihat Perubahan Iklim untuk "Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene" (IUWASH) Agus Hernadi mengatakan pembangunan sumur resapan ini dapat menjadi sarana meningkatkan partisipasi warga terkait dalam mengantisipasi perubahan iklim.
Menurut Agus, selain itu ada empat manfaat utama yang bisa didapatkan dari pengadaan sumur resapan.
"Ada empat manfaat langsung sumur resapan bagi lingkungan dan masyarakat, yaitu menjaga kelembaban tanah di sekitar sumur resapan, memperkaya debit air di hilirm mengurangi banjir di wilayah pemukiman serta mengurangi isu-isu sosial negatif," tutur Agus.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015