Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Bobby R Mamahit dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis mengatakan terdapat 12 kapal yang akan disesuaikan rutenya.
"Deviasi ini upaya agar rute-rute padat dapat terangkut penumpangnya," katanya.
Kapal-kapal yang akan melakukan deviasi, di antaranya KM Bukti Siguntang, KM Ciremai, KM Dobonsolo, KM Kelud, KM Dorolonda dan KM Labobar.
Selain itu, KM Lambelu, KM Lawit, KM Nggapulu, Km Sirimau, KM Sinabung dan KM Wilis.
Pelabuhan yang mengalami pengalihan, di antaranya Pelabuhan Bitung, Ternate, Ambon, Kijang-Bau-Bau dan sebagainya.
Sementara itu, Bobby mengatakan selain deviasi juga akan dilakukan omisi, yakni penghilangan rute pelabuhan yang sepi penumpang.
"Jadi, biasanya sandar di pelabuhan ini, kita hilangkan dulu, tidak sandar dan memilih pelabuhan yang penumpangnya lebih banyak agar seimbang," katanya.
Kapal dan pelabuhan yang terkena omisi, yakni KM Dorolonda-Pelabuhan Kijang, Km Labobar-Pelabuhan Makassar Surabaya, KM Lambelu-Bau-bau dan sebagainya.
Untuk antisipasi kondisi cuaca, Bobby mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan instruksi melalui Maklumat Pelayaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut setiap seminggu sekali.
Pada 15 Desember 2015 telah dikeluarkan Maklumat Pelayaran Nomor 280/XII/DN-2015 kepada Syahbandar di seluruh Indonesia untuk menunda pemberian Surat Persetujuan Berlayar bagi kapal-kapal, jenis kapal perahu nelayan, kapal tongkang, kapal Ro-Ro, kapal Landing, Kapal Ferry, kapal penumpang berkecepatan tinggi yang berlayar pada seluruh perairan dengan tinggi gelombang 1,5 sampai 2,5 meter.
Kedua, kapal yang tinggi lambung timbulnya kurang dari tiga meter untuk berlayar pada perairan.
Ketiga, semua jenis kapal untuk berlayar yang diperkiakan akan terjadi gelombang tinggi empat sampat enam meter.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015