Jakarta, 19 Februari 2007 (ANTARA) - Indonesia akan menerima kedatangan seekor badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dari Amerika Serikat pada tanggal 20 Februari 2007. Badak jantan yang masih remaja berumur 5 tahun ini bernama Andalas. Kedatangan Andalas mendorong Pemerintah Indonesia khususnya Suaka Rhino Sumatra (SRS) untuk dapat mengembangbiakkan badak Sumatera dalam sebuah penangkaran (ex-situ). Andalas yang dalam kondisi sehat dan siap kawin nantinya akan dipasangkan dengan badak Sumatera betina yang masih muda yaitu Rosa dan Ratu yang sudah lebih dahulu menghuni SRS. Kepulangan Andalas ke Indonesia seperti halnya dengan translokasi badak Sumatera betina, Rosa dan Ratu, merupakan salah satu kegiatan yang diprioritaskan dalam Strategi Konservasi Badak Indonesia (SKBI) yang telah direvisi bulan Februari 2005. Dalam SKBI terdapat butir-butir yang menyebutkan bahwa Prioritas Kegiatan untuk periode tahun 2006-1010 untuk badak Sumatera adalah program pengembangbiakan badak Sumatera di SRS Lampung 'didorong' dengan mendatangkan 2-3 ekor badak Sumatera dari habitat aslinya dan 1 ekor lagi badak Sumatera dari penangkaran di luar negeri. Andalas adalah badak Sumatera pertama yang berhasil dilahirkan dari perkawinan di dalam penangkaran (ex-situ). Andalas lahir pada tanggal 13 September 2001 di Cincinnati Zoo, USA, dari pasangan badak Sumatera betina bernama Emi dan badak Sumatera jantan bernama Ipuh. Pada tahun 2003, kedua pasangan badak ini juga menghasilkan keturunan bayi badak Sumatera betina yang diberi nama Suci. Kedua pasangan badak ini, Ipuh dan Emi, merupakan badak Sumatera hasil tangkapan dari kawasan Bengkulu sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat melalui program penangkapan (capture program) dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kehutanan bekerjasama dengan Sumatran Rhino Trust (SRT) periode tahun 1980-1994. Program penangkapan tersebut ditujukan untuk menyelamatkan badak Sumatera yang terdesak (doomed) akibat habitat yang menyempit dan perburuan. Ipuh ditangkap tahun 1990 dan pada saat itu berumur kira-kira 20 tahunan, sedangkan Emi ditangkap pada tahun 1991 dan berumur kurang lebih 8 tahun. Kedua badak ini dikirim ke Cincinnati Zoo, USA, karena Cincinnati Zoo berhasil melakukan breeding pada spesies badak lain. Upaya penangkaran badak Sumatera dari Indonesia telah berjalan selama 20 tahun. Namun 75% badak Sumatera yang dipelihara di kebun-kebun binatang tersebut mati karena pengelolaan yang kurang tepat selama kurun waktu 1985-1997. Upaya penangkaran badak Sumatera kini hanya ada di Suaka Rhino Sumatera (SRS) di Way Kambas, Lampung. SRS selesai dibangun pada tahun 1997 dengan luas kawasan sekitar 100 ha yang merupakan habitat alami badak Sumatera. Tahun 1998 SRS sudah dihuni oleh tiga badak Sumatera, yaitu Bina (betina, 15 tahun), Dusun (betina, 17 tahun), dan Torgamba (jantan, 20 tahun). Namun pada tanggal 7 Februari 2001, Dusun mati karena sakit kronis dan faktor ketuaan (usia). Sejak dibangunnya SRS sampai dengan sekarang, SRS belum berhasil melaksanakan breeding pada Bina. Hal tersebut disebabkan beberapa asumsi seperti usia kedua badak Sumatera. Bina dan Torgamba, sudah sangat tua; hasil pemerikasaan laboratorium juga menunjukkan bahwa sel sperma Torgamba sangat sedikit dan lemah sehingga kemungkinan untuk membuahi juga kecil. Rencananya Andalas yang sehat dan siap kawin akan dipasangkan dengan badak Sumatera betina muda Rosa dan Ratu yang telah lebih dahulu menghuni SRS. Rosa adalah badak Sumatera betina berumur kurang lebih 5 tahun yang berasal dari hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Badak betina ini pertama kali ditemukan pada bulan Mei 2004 kemudian kerap muncul di jalan tembus antara Sukaraja-Pemerihan, Lampung. Pemantauan oleh Rhino Protection Unit (RPU) yang dilakukan selama tahun 2005 menujukkan bahwa Rosa sering keluar hutan dan berada di kebun masyarakat juga tidak takut didekati oleh manusia. Perilaku badak yang tidak biasa tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi semua pihak. Oleh karena itu dilakukanlah usaha penyelamatan badak Rosa sehingga Rosa berhasil dipindahkan ke SRS pada tanggal 26 November 2005. Ratu, seperti halnya Rosa, adalah badak Sumatera betina berumur kurang lebih 6 tahun berasal dari hutan Taman Nasional Way Kambas. Namun Ratu bukan badak yang jinak. Ratu ditemukan di tengah perkampungan dan lahan pertanian penduduk karena takut kehadiran manusia. Selama kurang lebih 5 jam berlari-larian di tengah perkampungan, lahan pertanian, jalan raya beraspal atau berbatu dalam kondisi cuaca yang panas. Walaupun beberapa kali sempat masuk rawa, kolam di halaman rumah dan sungai-sungai kecil Ratu sempat berlari sejauh kurang lebih 20 kilometer. Ratu akhirnya berhenti berlari karena kehabisan tenaga di pinggir sungai kecil di kecamatan Labuhan Ratu (4 km dari batas kawasan TNWK). Pada hari itu juga, yaitu tanggal 26 september 2005, Ratu berhasil dipindahkan ke SRS. Untuk keterangan tambahan, silakan hubungi Achmad Fauzi, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Telp: (021) 570-5099, Fax: (021) 573-8732
Copyright © ANTARA 2007