Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Kajian Strategis Indonesia Satu (LKSIS) mendesak pemerintah agar lebih serius memberantas penyelundupan produk impor ilegal yang kini telah membahayakan basis produksi nasional. "Ada indikasi yang sudah dikonfirmasi oleh sejumlah ketua asosiasi pengusaha bahwa para pengusaha nasional lebih cenderung menjadi pedagang, terutama barang-barang impor, daripada berporudksi untuk memenuhi permintaan masyarakat," kata Darwin Zahedy Saleh, Ketua LKSIS, di Jakarta, Senin. Dijelaskannya bahwa keengganan pengusaha-pengusaha domestik untuk berproduksi itu ternyata lebih disebabkan pada membanjirnya produk impor murah dari raksasa ekonomi dunia, China. Menurut Darwin yang juga staf pengajar di Fakultas Ekonomi UI itu, membanjirnya produk China ditengarai telah mengakibatkan anomali dalam perekonomian, yakni trend peningkatan perdagangan eceran dan perbaikan daya beli masyarakat yang justru dibarengi dengan penurunan tingkat utilisasi kapasitas produksi nasional. "Apalagi membanjirnya produk-produk impor murah tersebut akibat praktek penyelundupan besar-besaran, sehingga semua itu telah memaksa pengusaha untuk beralih menjadi pedagang," katanya seraya menambahkan bahwa kecenderungan itu juga berjangkit dikalangan pengusaha kecil-menengah. Lebih lanjut Darwin mengatakan bahwa akibat fenomena membanjirnya barang impor murah hasil penyelundupan tersebut, perbaikan permintaan masyarakat tidak berdampak positif pada perluasan lapangan kerja. "Hal ini pada gilirannya ikut berpengaruh pada relatif lambatnya peningkatan realisasi investasi, yang masih pada kisaran 22,4 persen terhadap PDB. Sementara sebelum krisis, proporsi tersebut sekitar 29 persen PDB," ujarnya. Atas dasar semua itu, LKSIS mendesak aparat bea cukai dan inspektorat jenderal Departemen keuangan lebih serius memberantas penyelundupan produk-produk impor ilegal ini.(*)
Copyright © ANTARA 2007