"Laju mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS, rumor yang beredar di pasar keuangan bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menaikan suku bunga acuan pada Desember ini, situasi itu menjadi salah satu faktor penopang bagi mata," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kepastian rencana bank sentral AS menaikan suku bunga acuannya mengurangi risiko aset di pasar negara berkembang. Dengan adanya kepastian dari The Fed, maka memudahkan investor melakukan kalkulasi investasinya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang mulai membaik menambah sentimen positif bagi negara-negara penghasil komoditas, salah satunya Indonesia. Meningkatnya harga komoditas, seperti minyak mentah diharapkan diikuti dengan kenaikan permintaan, terutama dari Tiongkok sehingga mendorong kinerja ekspor Indonesia.
"Harga minyak mentah cenderung mulai membaik, saat ini harga minyak mentah di sekitar 36 dolar AS, lebih baik dibandingkan beberapa hari sebelumnya," katanya.
Kendati demikian, Rully Nova mengatakan bahwa potensi rupiah berbalik arah ke area negatif juga masih terbuka. Menjelang akhir tahun, biasanya permintaan dolar AS akan tinggi menyusul kewajiban pembayaran utang luar negeri bagi korporasi.
"Kewajiban itu akan membuat pasokan dolar AS menjadi berkurang, situasi itu dapat menekan mata uang rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015