Timika (ANTARA News) - Warga Distrik Agimuga, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua mengeluhkan kinerja petugas kesehatan yang bertugas di wilayah itu karena jarang berada di tempat, tapi tetap menerima gaji dan tunjangan dari pemerintah daerah.

Tokoh masyarakat Amungun Eduardus Pinimet kepada Antara, Rabu, mengatakan sejak beberapa tahun terakhir Puskesmas Agimuga yang berada di Kampung Kiliarma tidak pernah aktif. Petugas yang ditempatkan Dinas Kesehatan Mimika, katanya, selalu tinggal di Timika dan sangat jarang berada di tempat tugas.

"Kami minta orang-orang yang bertugas di Puskesmas Kiliarma maupun Pustu Aramsolki, Pustu Amungun dan Pustu Fakafuku diganti semua. Mereka tidak pernah ada di tempat untuk melayani masyarakat," kata Eduardus.

Ia mengatakan selama tahun ini terjadi enam kasus kematian warga Agimuga akibat terserang penyakit. Enam warga itu akhirnya tidak tertolong dan meninggal dunia karena tidak ada petugas kesehatan yang merawat sakit mereka.

"Mau pergi berobat di mana, petugas tidak ada," tutur Eduardus.

Menurut dia, kinerja bobrok Puskesmas Kiliarma terjadi semenjak kepemimpinan Kepala Puskesmas Yohanes Tsolme dan berlanjut hingga kini setelah diganti oleh Gregorius Kwalik.

Semenjak ditunjuk menjabat Kepala Puskesmas Kiliarma, Gregorius Kwalik belum juga membuka pelayanan kesehatan di wilayah itu. Kantor Puskesmas Kiliarma yang berhadapan dengan Kantor Koramil Agimuga setiap hari tutup alias tidak beraktivitas.

Kondisi itu, katanya, sangat berbeda jauh saat Puskesmas Kiliarma masih ditangani oleh petugas-petugas asal luar Papua seperti Kamal, Saiful Taqin (kini menjabat Sekretaris Dinkes Mimika), Guntoro, dan lainnya.

"Dulu waktu orang luar tangani Puskesmas Kiliarma bagus sekali. Mereka tidak pernah tinggalkan tempat tugas. Sekarang setelah anak-anak putra daerah bertugas di situ menjadi kacau. Kalau seperti ini terus sama saja mereka mau membunuh masyarakat," ujar Eduardus kecewa.

Tokoh masyarakat Agimuga lainnya Frans Kelanangame mengatakan warga di wilayah Agimuga cukup beruntung lantaran hingga kini suster-suster dari salah satu biara Katolik masih membuka pelayanan kesehatan di Kampung Aramsolki.

Warga yang sakit dari seluruh wilayah Agimuga, katanya, mendapat pelayanan pengobatan di klinik susteran tersebut. Namun jika pasien kritis, mereka terpaksa harus dirujuk ke Timika.

Frans menyambut baik pembangunan Klinik Kesehatan Franke Mollen oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) di Kampung Aramsolki untuk membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Agimuga.

"Kami harapkan klinik kesehatan yang dibangun LPMAK secepatnya bisa beroperasi tahun 2016. Kalau mengharapkan petugas yang ditempatkan pemerintah di Puskesmas Kiliarma, kami pesimistis. Karena dari dulu penyakit mereka sama saja yaitu tidak pernah ada di tempat tugas," tutur Frans.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015