"Kelompok sepuluh besar masih mengalami penurunan, seperti bahan bakar mineral, lemak hewan dan minyak nabati. Ini terkait dengan harga internasional yang masih menurun, belum membaik," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Suryamin mengatakan, nilai ekspor pada November tersebut juga mengalami penurunan sebesar 7,91 persen jika dibandingkan pada Oktober 2015 lalu dimana kinerja ekspor mencapai 12,12 miliar dolar AS. Pada November, khusus untuk nonmigas juga mengalami penurunan sebesar 10,81 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Menurut Suryamin, penurunan terbesar ekspor nonmigas pada November 2015 terhadap Oktober 2015 terjadi pada lemak dan minyak hewan nabati sebesar 152,8 juta dolar AS atau mencapai 9,76 persen, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada alas kaki sebesar 65,3 juta dolar AS atau 17,72 persen.
"Untuk alas kaki masih memiliki peran untuk peningkatan. Ini masih berpotensi, ekspor ke negara-negara seperti Jepang, Tiongkok dan juga Amerika Serikat," kata Suryamin.
Tercatat, ekspor nonmigas ke Amerika Serikat pada November 2015 mencapai angka terbesar yakni mencapai 1,16 miliar dolar AS, disusul Tiongkok sebesar 1,02 miliar dolar AS dan Jepang sebesar 990 juta dolar AS.
Ketiga negara tersebut berkontribusi sebesar 33,07 persen dari keseluruhan kinerja ekspor Indonesia, sementara ekspor ke Uni Eropa dengan 27 negara tercatat sebesar 1,12 miliar dolar AS.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada periode Januari-November 2015 mencapai 138,42 miliar dolar AS atau menurun 14,32 persen dibanding periode yang sama tahun 2014, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 121,08 miliar dolar AS atau menurun 9,43 persen.
Sementara menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode Januari-November 2015 juga turun 8,75 persen dibanding periode yang sama tahun 2014, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 14,98 persen, demikian juga ekspor hasil pertanian turun 1,41 persen.
Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada periode Januari-November 2015 berasal dari Jawa Barat dengan nilai 23,54 miliar dolar AS atau sebesar 17,01 persen, diikuti Kalimantan Timur sebesar 17,01 miliar dolar AS atau 12,29 persen dan Jawa Timur 15,38 miliar dolar AS atau 11,11 persen.
"Tiga provinsi bisa menghasilkan barang yang cukup dominan, jika dilihat dari provinsi lainnya sesungguhnya masih banyak potensi karena saat ini angka (ekspor) masih kecil," kata Suryamin.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015