Tindakan tersebut dilakukan di tengah percekcokan baru-baru ini antara kedua negara bertetangga itu mengenai penggelaran baru pelatih militer Turki di Kamp Bashiqa di dekat Mosul yang memicu protes dari Baghdad, yang mengatakan Pemerintah Irak tidak diberitahu lebih dulu.
Irak telah menuntut Turki menarik tentaranya, dan mengancam Ankara dengan pengangkatan masalah itu ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Namun Turki berikrar akan mempertahankan tentaranya di Irak sebagai bagian dari misi pelatihan bagi pasukan setempat dalam perang mereka melawan ISIS.
Sepulang dari Turkmenistan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada wartawan pada Minggu (13/12) bahwa penguatan kamp tersebut perlu dilakukan untuk melindungi pelatih militer Turki dari ancaman ISIS.
"Ancaman ini tidak hilang bagi kami," kata Erdogan, sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Meskipun demikian, Perdana Menteri Turki Ahmed Davutoglu pada Senin mengatakan Turki telah melakukan beberapa langkah untuk pengaturan kembali tentara di dekat Mosul tanpa menjelaskan ke mana tentara yang meninggalkan kamp itu pergi.
"Tentara kami akan tetap berada di sana. Ada pergeseran tentara," katanya.
Perdana Menteri tersebut menyatakan pemindahan sebagian tentara ke luar Kamp Bashiqa ditujukan untuk menilai kembali ancaman, tapi ia tidak menjelaskan rincian dan sifat ancaman itu.
Pengulas Turki percaya Ankara mesti mengkoordinasikan gerakan tentaranya di Irak dengan pemerintah federal dan pergi jika diperlukan serta diperintahkan oleh pemerintah yang sah.
"Penarikan sebagian tentara Turki dari Irak adalah langkah yang benar," kata Faruk Logoglu, mantan duta besar.
Ia menyatakan jika Irak menginginkan penarikan total pasukan Turki, maka Ankara mesti mematuhi permintaan tersebut.
Tapi mantan diplomat itu menjelaskan Turki memiliki hak berdasarkan hukum internasional untuk melancarkan operasi anti-teror di wilayah tempat pasukan Irak masih belum cukup atau tidak efektif.
Turki telah terlibat dalam operasi singkat lintas-perbatasan ke dalam Wilayah Irak Utara, tempat kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) bermarkas.
PKK dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Tukri, Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Ankara menyatakan kamp pelatihan di dekat Mosul itu dibangun setahun lalu dengan persetujuan Baghdad, Gubernur Mosul dan Pemerintah Regional Kurdistan (KRG).
Turki menawarkan pelatihan bagi pasukan Kurdi, petempur Turkmen dan Sunni setempat untuk melawan ISIS yang merebut kota tersebut setahun lalu.
Pertikaian juga terjadi seputar jumlah tentara baru yang dikerahkan ke kamp itu pada awal Desember, yang diduga melebihi jumlah yang disepakati tahun lalu dengan Baghdad.(Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015