Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan berpotensi mengalami kecenderungan penurunan. Analis Riset PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA, akhir pekan ini, mengatakan indeks cenderung mengalami penurunan yang diperkirakan oleh adanya aksi ambil untung pada saham-saham yang mengalami kenaikan cukup tinggi. "Kondisi yang belum kondusif akan membuat para pelaku pasar berhati-hati dan cenderung melakukan 'profit taking' terhadap saham-saham yang mengalami kenaikan cukup tinggi," katanya. Menurut Krisna, saham Telkom, Semen Gresik, sektor perbankan dan mining kelihatannya akan mendapat tekanan. Kondisi ini dipicu oleh belum bergeraknya sektor riil dilihat dari menurunnya PDB (Produk Domestik Bruto) 2006 yang menurun. "Kondisi ini memperlihatkan bahwa tingkat investasi kita belum berjalan, walaupun BI sudah menurunkan suku bunganya, namun tidak dibarengi oleh penurunan suku bunga kredit," ungkapnya. Krisna juga menambahkan bahwa laporan emiten sektor riil yang sudah keluar juga belum menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. "Terutama sektor perbankan yang masih digerakkan dari kredit sektor konsumsi saja, hal ini masih menunjukkan belum tumbuhnya sektor investasi," tambahnya. Dengan kondisi ini, Krisna berharap BI untuk tetap menurunkan suku bunganya (BI-rate) guna mengejar pertumbuhan ekonomi walaupun mendapat tekanan dari naiknya inflasi. "Dengan terus menurunkan suku bunga diharap dapat menggerakan sektor riil yang saat ini belum berjalan," jelasnya. Bahkan Krisna melihat pergerakan IHSG akan mendapat tekanan. "Kenaikan saat ini hanya jangka pendek, mungkin situasi saat ini akan berjalan hingga akhir semester pertama 2007 seiring dengan pertumbuhan ekonomi," tegasnya. Selama pekan ini, IHSG mengalami kenaikan 54,046 poin atau 3,1 persen ditutup pada posisi 1.794,363 dan indeks LQ45 menguat 13,334 atau 3,6 persen ke posisi 383,185. Kenaikan indeks ini lebih dipicu oleh eforia kenaikan bursa regional, yakni indeks Dow Jones yang mencapai rekor tertingginya karena pengaruh positif dari komentar ketua bank sentral AS Ben Bernanke yang diperkirakan akan menjaga suku bunga The Fed pada tahun ini. Kondisi ini telah menular ke bursa regional seperti Hang Seng dan indeks Nikkei 225 yang menjadi pendorong pelaku pasar domestik untuk melakukan perburuan saham setelah mengalami penurunan tajam akibat kekhawatiran inflasi dampak banjir. Rata-rata volume transaksi yang terjadi dalam sepekan mencapai 2,089 miliar saham dengan nilai Rp2.331 triliun. (*)

Copyright © ANTARA 2007