“Sayangnya, tidak banyak orang memahami betul skala ancaman yang muncul dari penggunaan internet serta tidak cukup serius dalam melindungi data online pribadi mereka, dan meningkatkan risiko kehilangan data secara signifikan,” kata David Emm, Principal Security Researcher di Kaspersky Lab, dalam keterangan tertulisnya, Jumat.
Lebih lanjut, hasil riset Kaspersky Lab menunjukkan, hanya 38 persen pengguna membuat kata sandi yang kuat untuk setiap akun milik mereka, sementara satu dari tujuh pengguna (14 persen) hanya memiliki satu kata sandi yang sama untuk setiap akun mereka.
Para pengguna tersebut dinilai berisiko mengalami kebocoran data jikalau mempunyai kata sandi yang sama di beberapa akun secara serentak.
Tingkat risiko ini tidak berbeda jauh bagi para pengguna yang hanya memiliki bebrapa password untuk jumlah akun yang cukup banyak (36 persen) serta bagi mereka yang menggunakan variasi pola password yang sama (12 persen).
Menurut survei lain oleh Kaspersky Lab, dimana membuat situasi menjadi cukup rumit, adalah satu dari sepuluh pengguna cenderung memiliki password kurang dari delapan karakter.
Sementara itu, 12 persen lainnya enggan untuk membuat password yang lebih sulit ditebak, sebagai contoh, penggunaan huruf besar, penggabungan angka dengan huruf, tanda baca, ataupun trik serupa lain.
Parahnya, hasil penelitian juga mengungkapkan para pengguna membahayakan keamanan mereka dengan menempatkan kata sandi di lokasi yang mudah diakses siapa saja atau bahkan di tempat yang tidak aman.
Tingkat risiko ini tidak berbeda jauh bagi para pengguna yang hanya memiliki bebrapa password untuk jumlah akun yang cukup banyak (36 persen) serta bagi mereka yang menggunakan variasi pola password yang sama (12 persen).
Menurut survei lain oleh Kaspersky Lab, dimana membuat situasi menjadi cukup rumit, adalah satu dari sepuluh pengguna cenderung memiliki password kurang dari delapan karakter.
Sementara itu, 12 persen lainnya enggan untuk membuat password yang lebih sulit ditebak, sebagai contoh, penggunaan huruf besar, penggabungan angka dengan huruf, tanda baca, ataupun trik serupa lain.
Parahnya, hasil penelitian juga mengungkapkan para pengguna membahayakan keamanan mereka dengan menempatkan kata sandi di lokasi yang mudah diakses siapa saja atau bahkan di tempat yang tidak aman.
Lebih dari setengah responden (57 persen) mengaku kata sandi mereka diletakkan pada secarik kertas, di telepon genggam, pada berkas tulis di komputer, atau menyimpannya di browser.
Bahkan ketika browser menawarkan layanan penyimpanan login dan password, sepertiga dari para pengguna cenderung menyetujuinya yang tentunya dapat berisiko besar apabila perangkat tersebut beralih tangan kepada penjahat siber serta orang yang memiliki niat buruk.
Sikap ceroboh terhadap password tersebut dapat dijelaskan para pengguna yang meyakini tidak ada informasi penting yang sifatnya rahasia tersimpan dalam komputer mereka.
Sikap ceroboh terhadap password tersebut dapat dijelaskan para pengguna yang meyakini tidak ada informasi penting yang sifatnya rahasia tersimpan dalam komputer mereka.
Hal inilah yang dipercayai oleh 27 persen dari total responden, tanpa mengetahui kata sandi dan login mereka merupakan sasaran favorit bagi para penjahat siber.
Terlebih lagi, penelitian terbaru Kaspersky Lab menunjukkan, 73 persen dari pengguna lebih memilih untuk memperlihatkan kata sandi mereka daripada berpergian tanpa menggunakan celana dalam.
Terlebih lagi, penelitian terbaru Kaspersky Lab menunjukkan, 73 persen dari pengguna lebih memilih untuk memperlihatkan kata sandi mereka daripada berpergian tanpa menggunakan celana dalam.
Hasilnya, sebanyak 25 persen akun dari para pengguna yang disurvei telah diretas dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
“Sebuah kata sandi kuat dan berbeda-beda bagi setiap akun merupakan elemen mendasar yang penting dalam memproteksi identitas digital," ujar Emm.
"Anda tentunya dapat memikirkan sebuah algoritma tunggal dalam pembuatan password yang tidak mudah dipecahkan namun mudah diingat," kata dia.
“Sebuah kata sandi kuat dan berbeda-beda bagi setiap akun merupakan elemen mendasar yang penting dalam memproteksi identitas digital," ujar Emm.
"Anda tentunya dapat memikirkan sebuah algoritma tunggal dalam pembuatan password yang tidak mudah dipecahkan namun mudah diingat," kata dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015