Pejabat Departemen Keuangan AS Adam Szubin mengatakan ISIS telah menjual minyak senilai 40 juta dolar AS per bulan dari instalasi-instalasi minyak yang kemudian diangkut truk-truk ke seluruh garis pertempuran perang saudara Suriah yang kadang jauh melewati itu.
"ISIS menjual sebagian besar minyak kepada rezim Assad," kata Szubin, yang adalah wakil menteri keuangan bidang terorisme dan intelijen keuangan, pada sebuah forum di Chatham House di London.
"Kedua pihak (ISIS dan rezim Assad) saling membantai tetapi mereka juga menjalin hubungan dagang bernilai jutaan dolar," kata Szubin.
Sebagian besar minyak yang dijual ISIS sampai ke tangan rezim Assad, sedangkan sebagian lainnya dikonsumsi sendiri wilayah-wilayah yang dikuasai ISIS. Beberapa bagian sampai ke wilayah Kurdi dan sebagian ke Turki, kata dia. "Ada juga yang melintasi perbatasan memasuki Turki."
Setelah Turki menembak jatuh pesawat tempur Rusia bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh minyak milik ISIS masuk ke wilayah Turki, bahkan menuduh putra Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menarik keuntungan dari minyak ilegal ISIS itu.
"Tak pelak lagi pengamanan yang lebih baik adalah menutup perbatasan Turki dari aliran (minyak ISIS) adalah komponen penting untuk saat ini dan dengan segala hormat kami menanti pihak Turki berbuat lebih banyak lagi," kata Szubin.
"Ini bukan hanya masalah keuangan, ini juga soal aliran masuk teroris asing, ini soal senjata dan soal pendanaan. Saya kira mengamankan perbatasan itu akan memberi sumbangsih besar dalam mengintensifkan serangan dan juga mengurangi ancaman."
Dalam usaha memotong hubungan ISIS dengan sistem keuangan global, Szubin mengatakan AS telah bekerjasama dengan Irak untuk menutup beberapa cabang banknya di wilayah-wilayah yang dikuasai ISIS.
Szubin mengatakan ISIS telah menjarah dana senilai 1 miliar dolar AS dari bank-bank di Suriah dan Irak, namun sasaran utama sekutu adalah perdagangan minyak ISIS, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015